Secara etimologis, definisi pemerintahan berasal dari perkataan pemerintah, sedangkan pemerintah berasal dari perkataan perintah. Menurut kamus kata-kata tersebut mempunyai arti : perintah adalah perkataan yang bermaksud menyuruh melakukan sesuatu; pemerintah adalah kekuasaan memerintah sesuatu negara (daerah-negara) atau badan yang tertinggi yang memerintah sesuatu negara (seperti kabinet merupakan suatu pemerintah); pemerintahan adalah perbuatan (cara, hal urusan dan sebagainya) memerintah. (Pamudji, 1983 : 3)
Taliziduhu (2000:7) mengatakan bahwa Ilmu Pemerintahan dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana pemerintah (unit kerja publik) bekerja memenuhi dan melindungi tuntutan (harapan, kebutuhan) yang diperintah akan jasa publik dan layanan publik, dalam hubungan pemerintahan.
Dari uraian di atas diperoleh pokok pemahaman tentang Ilmu Pemerintahan sebagai berikut :
Taliziduhu (2000:7) mengatakan bahwa Ilmu Pemerintahan dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana pemerintah (unit kerja publik) bekerja memenuhi dan melindungi tuntutan (harapan, kebutuhan) yang diperintah akan jasa publik dan layanan publik, dalam hubungan pemerintahan.
Dari uraian di atas diperoleh pokok pemahaman tentang Ilmu Pemerintahan sebagai berikut :
- Ilmu Pemerintahan adalah ilmu yang mempelajari persoalan-persoalan organisasi, administrasi, manajemen dan kepemimpinan dalam penyelenggaraan organisasi publik atau badan-badan publik yang bertugas melaksanakan kekuasaan negara sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan. Obyek dan subyek organisasi ini meliputi lembaga eksekutif, lembaga legislatif, lembaga yudikatif, dan lembaga-lembaga lain diatur dalam peraturan perundang-undangan.
- Ilmu Pemerintahan adalah ilmu yang mempelajari struktur, prosedur dan rangkaian kegiatan badan-badan publik dalam melaksanakan tugas dan fungsi kelembagaan dalam rangka mencapai tujuan penyelenggaraan negara.
- Ilmu Pemerintahan adalah ilmu yang mempelajari proses pencapaian tujuan penyelenggaraan negara yang didasarkan atau merujuk pada kepentingan dan harapan warga negara yaitu masyarakat, dan oleh sebab itu Ilmu Pemerintahan juga mempelajari kegiatan pemerintahan sebagai kegiatan pengaturan masyarakat dan kegiatan pelayanan kepada masyarakat. Dalam konteks ini, Ilmu Pemerintahan dapat dijadikan instrumen untuk mendeskripsikan fenomena pengaturan masyarakat yang dilakukan dalam rangka mewujudkan masyarakat yang tertib, terarah dan teratur dalam mewujudkan kesejahteraan dan kepentingan bersama; fenomena pelayanan publik dalam mengaktualisasikan atau memenuhi hak masyarakat yang menjadi tugas dan tanggungjawab masing-masing badan publik; dan fenomena pelayanan publik dalam mengaktualisasikan atau memenuhi kewajiban masyarakat yang menjadi hak negara yang dikelola oleh badan-badan publik.
Masa kecil merupakan masa yang paling bahagia bagi setiap orang tak terkecuali bagi orang indonesia. Biasanya masa anak anak sarat dengan berbagai macam permainan dan hiburan. seperti halnya pada masa kecil saya. Ada berbagai macam permainan yang biasa dimainkan oleh anak anak di indonesia, namun nampaknya di beberapa daerah permainan permainab tradisional ini sudah mulai ditinggalkan oleh anak anak. mereka lebih suka dengan mainan mainan modern.
1.Benteng
Permainan ini dimainkan oleh dua kelompok, masing–masing kelompok terdiri dari 4 sampai 8 orang. Kedua kelompok kemudian akan memilih suatu tempat sebagai markas, biasanya sebuah tiang, batu atau pilar yang disebut sebagai “benteng”. Tujuan utama permainan ini adalah untuk menyerang dan mengambil alih “benteng” lawan dengan menyentuh tiang atau pilar yang telah dipilih oleh lawan dan meneriakkan kata benteng. Kemenangan juga bisa diraih dengan “menawan” seluruh anggota lawan dengan menyentuh tubuh mereka. Untuk menentukan siapa yang berhak menjadi “penawan”, ditentukan dari siapa yang paling akhir menyentuh “benteng” mereka.
2. Congklak
Congklak adalah suatu permainan tradisional yang dikenal dengan berbagai macam nama di seluruh Indonesia. Biasanya dalam permainan, sejenis cangkang kerang digunakan sebagai biji congklak dan jika tidak ada, kadangkala digunakan juga biji-bijian dari tumbuhan. Permainan congklak dilakukan oleh dua orang. Dalam permainan mereka menggunakan papan yang dinamakan papan congklak dan 98 (14 x 7) buah biji yang dinamakan biji congklak atau buah congklak. Umumnya papan congklak terbuat dari kayu dan plastik, sedangkan bijinya terbuat dari cangkang kerang, biji-bijian, batu-batuan, kelereng atau plastik. Pada papan congklak terdapat 16 buah lobang yang terdiri atas 14 lobang kecil yang saling berhadapan dan 2 lobang besar di kedua ujungnya. Setiap 7 lobang kecil di sisi pemain dan lobang besar di sisi kanannya dianggap sebagai milik sang pemain. Pada awal permainan setiap lobang kecil diisi dengan tujuh buah biji. Dua orang pemain yang berhadapan, salah seorang yang memulai dapat memilih lobang yang akan diambil dan meletakkan satu ke lobang di sebelah kanannya dan seterusnya. Bila biji habis di lobang kecil yang berisi biji lainnya, ia dapat mengambil biji-biji tersebut dan melanjutkan mengisi, bisa habis di lobang besar miliknya maka ia dapat melanjutkan dengan memilih lobang kecil di sisinya. Bila habis di lubang kecil di sisinya maka ia berhenti dan mengambil seluruh biji di sisi yang berhadapan. Tetapi bila berhenti di lobang kosong di sisi lawan maka ia berhenti dan tidak mendapatkan apa-apa.Permainan dianggap selesai bila sudah tidak ada biji lagi yang dapat diambil (seluruh biji ada di lobang besar kedua pemain). Pemenangnya adalah yang mendapatkan biji terbanyak.
3. Kelereng

Kelereng adalah mainan kecil berbentuk bulat yang terbuat dari kaca atau tanah liat. Ukuran kelereng sangat bermacam-macam, umumnya 1,25 cm. Permainan kelereng ini biasanya dimainkan oleh anak sekolah dasar umur 7 tahun. Ternyata, kelereng juga dapat ditemukan di belahan dunia lain. Sejak abad ke-12, di Prancis, kelereng disebut dengan bille, artinya bola kecil. Lain halnya di Belanda, kelereng dikenal dengan nama knikkers. Di Inggris ada istilah marbles untuk menyebut kelereng. Marbles sendiri digunakan untuk menyebut kelereng terbuat dari marmer yang didatangkan dari Jerman.
4. Galasin
Galah Asin atau di daerah lain disebut Galasin atau Gobak Sodor adalah sejenis permainan daerah dari Indonesia. Permainan ini adalah sebuah permainan grup yang terdiri dari dua grup, di mana masing-masing tim terdiri dari 3–5 orang. Inti permainannya adalah menghadang lawan agar tidak bisa lolos melewati garis ke baris terakhir secara bolak-balik, dan untuk meraih kemenangan seluruh anggota grup harus secara lengkap melakukan proses bolak-balik dalam area lapangan yang telah ditentukan. Permainan ini biasanya dimainkan di lapangan bulu tangkis dengan acuan garis-garis yang ada atau bisa juga dengan menggunakan lapangan segi empat dengan ukuran 9 x 4 m yang dibagi menjadi 6 bagian. Garis batas dari setiap bagian biasanya diberi tanda dengan kapur. Anggota grup yang mendapat giliran untuk menjaga lapangan ini terbagi dua, yaitu anggota grup yang menjaga garis batas horisontal dan garis batas vertikal. Bagi anggota grup yang mendapatkan tugas untuk menjaga garis batas horisontal, maka mereka akan berusaha untuk menghalangi lawan mereka yang juga berusaha untuk melewati garis batas yang sudah ditentukan sebagai garis batas bebas. Bagi anggota grup yang mendapatkan tugas untuk menjaga garis batas vertikal (umumnya hanya satu orang), maka orang ini mempunyai akses untuk keseluruhan garis batas vertikal yang terletak di tengah lapangan. Permainan ini sangat mengasyikkan sekaligus sangat sulit karena setiap orang harus selalu berjaga dan berlari secepat mungkin jika diperlukan untuk meraih kemenangan.
5. Gasing

Gasing adalah mainan yang bisa berputar pada poros dan berkesetimbangan pada suatu titik. Gasing merupakan mainan tertua yang ditemukan di berbagai situs arkeologi dan masih bisa dikenali. Sebagian besar gasing dibuat dari kayu, walaupun sering dibuat dari plastik, atau bahan-bahan lain. Kayu diukir dan dibentuk hingga menjadi bagian badan gasing. Tali gasing umumnya dibuat dari nilon, sedangkan tali gasing tradisional dibuat dari kulit pohon. Panjang tali gasing berbeda-beda bergantung pada panjang lengan orang yang memainkan.
6. Kasti
Kasti atau Gebokan merupakan sejenis olahraga bola seperti halnya olahraga softball atau baseball. Permainan yang dilakukan 2 kelompok ini menggunakan bola tenis sebagai alat untuk menembak lawan dan tumpukan batu untuk disusun. Siapapun yang berhasil menumpuk batu tersebut dengan cepat tanpa terkena pukulan bola adalah kelompok yang memenangkan permainan. Pada awal permainan, ditentukan dahulu kelompok mana yang akan menjadi penjaga awal dan kelompok yang dikejar dengan suit. Kelompok yang menjadi penjaga harus segera menangkap bola secepatnya setelah tumpukan batu rubuh oleh kelompok yang dikejar. Apabila bola berhasil menyentuh lawan, maka kelompok yang anggotanya tersentuh bola menjadi penjaga tumpukan batu.
7. Layang-layang
Permainan layang-layang, juga dikenali dengan nama wau merupakan satu aktivititas menerbangkan layang-layang tersebut di udara. Pada musim kemarau di Indonesia anak-anak selalu bermain layang-layang karena anginnya besar.
8. Petak Umpet
Dimulai dengan Hompimpa untuk menentukan siapa yang menjadi “kucing” (berperan sebagai pencari teman-temannya yang bersembunyi). Si kucing ini nantinya akan memejamkan mata atau berbalik sambil berhitung sampai 25, biasanya dia menghadap tembok, pohon atau apa saja supaya dia tidak melihat teman-temannya bergerak untuk bersembunyi. Setelah hitungan sepuluh, mulailah ia beraksi mencari teman-temannya tersebut. Jika ia menemukan temannya, ia akan menyebut nama temannya yang dia temukan tersebut. Yang seru adalah, ketika ia mencari, ia biasanya harus meninggalkan tempatnya. Tempat tersebut jika disentuh oleh teman lainnya yang bersembunyi maka batallah semua teman-teman yang telah ditemukan, artinya ia harus mengulang lagi, di mana-teman-teman yang sudah ketemu dibebaskan dan akan bersembunyi lagi. Lalu si kucing akan menghitung dan mencari lagi. Permainan selesai setelah semua teman ditemukan. Dan yang pertama ditemukanlah yang menjadi kucing berikutnya. Ada satu istilah lagi dalam permainan ini, yaitu “kebakaran” yang dimaksud di sini adalah bila teman kucing yang bersembunyi ketahuan oleh si kucing disebabkan diberitahu oleh teman kucing yang telah ditemukan lebih dulu dari persembunyiannya.
9. Yo-Yo

Yo-yo adalah suatu permainan yang tersusun dari dua cakram berukuran sama (biasanya terbuat dari plastik, kayu, atau logam) yang dihubungkan dengan suatu sumbu, di mana tergulung tali yang digunakan. Satu ujung tali terikat pada sumbu, sedangkan satu ujung lainnya bebas dan biasanya diberi kaitan. Permainan yo-yo adalah salah satu permainan yang populer di banyak bagian dunia. Yo-yo dimainkan dengan dengan mengaitkan ujung bebas tali pada jari tengah, memegang yo-yo, dan melemparkannya ke bawah dengan gerakan yang mulus. Sewaktu tali terulur pada sumbu, efek giroskopik akan terjadi, yang memberikan waktu untuk melakukan beberapa gerakan. Dengan menggerakkan pergelangan tangan, yo-yo dapat dikembalikan ke tangan pemain, di mana tali akan kembali tergulung dalam celah sumbu
10.Balap Karung
Balap karung adalah salah satu lomba tradisional yang populer pada hari kemerdekaan Indonesia. Sejumlah peserta diwajibkan memasukkan bagian bawah badannya ke dalam karung kemudian berlomba sampai ke garis akhir. Meskipun sering mendapat kritikan karena dianggap memacu semangat persaingan yang tidak sehat dan sebagai kegiatan hura-hura, balap karung tetap banyak ditemui, seperti juga lomba panjat pinang, sandal bakiak dan makan kerupuk.
Sejak kecil Anies Baswedan telah akrab dengan dunia organisasi dan kepemimpinan. Ketika usianya baru 12 tahun, Anies membentuk kelompok anak-anak muda (7-15 tahun) kampungnya yang diberi nama 'Kelabang' (Klub Anak Berkembang), Mereka mengadakan berbagai kegiatan olahraga dan kesenian. Anies Baswedan memulai pendidikan formalnya menjelang usia lima tahun. Ia masuk ke sekolah TK Mesjid Syuhada di Kota Baru, Yogyakarta. Kemudian, memasuki usia enam tahun Anies dimasukkan ke SD Laboratori Yogyakarta. Anies melanjutkan masa SMP-nya di SMP Negeri 5 Yogyakarta. Kemudian, Anies melanjutkan masa SMA-nya di SMAN 2 Yogyakarta. Ketika SMA, Anies pernah menjadi ketua OSIS se-Indonesia ketika ia mengikuti pelatihan kepemimpinan di Jakarta pada September 1985. Ia menjadi ketua untuk 300 delegasi SMA-SMA se-Indonesia. Saat itu Anies baru berada di kelas satu. Anies menjalani masa SMA selama 4 tahun pada 1985-1989 karena terpilih sebagai peserta dalam program AFS. Anies mengikuti program pertukaran pelajar AFS Intercultural Programs, yang di Indonesia diselenggarakan oleh Bina Antarbudaya, selama satu tahun di Milwaukee, Wisconsin, Amerika Serikat (1987-1988). Semasa kuliah di Universitas Gadjah Mada (UGM) (1989-1995), dia aktif di gerakan mahasiswa dan menjadi Ketua Umum Senat Mahasiswa UGM. Sewaktu menjadi mahasiswa UGM, dia mendapatkan beasiswa Japan Airlines Foundation untuk mengikuti kuliah musim panas bidang Asian Studies di Universitas Sophia di Tokyo, Jepang.
Setelah lulus kuliah di UGM pada 1995, Anies bekerja di Pusat Antar Universitas Studi Ekonomi di UGM. Kemudian, Anies mendapatkan beasiswa Fulbright untuk pendidikan Master Bidang International Security and Economic Policy di Universitas Maryland, College Park. Sewaktu kuliah, dia dianugerahi William P. Cole III Fellow di Maryland School of Public Policy, ICF Scholarship, dan ASEAN Student Award. Pada 2005, Anies menjadi peserta Gerald Maryanov Fellow di Departemen Ilmu Politik di Universitas Northern Illinois sehingga dapat menyelesaikan disertasinya tentang "Otonomi Daerah dan Pola Demokrasi di Indonesia". Ketika berada di Amerika Serikat, Anies aktif di dunia akademik dengan menulis sejumlah artikel dan menjadi pembicara dalam berbagai konferensi. Ia banyak menulis artikel mengenai desentralisasi, demokrasi, dan politik Islam di Indonesia. Artikel jurnalnya yang berjudul "Political Islam: Present and Future Trajectory" dimuat di Asian Survey, sebuah jurnal yang diterbitkan oleh Universitas California. Sementara, artikel Indonesian Politics in 2007: The Presidency, Local Elections and The Future of Democracy diterbitkan oleh BIES, Australian National University. Sepulang ke Indonesia, Anies bekerja sebagai National Advisor bidang desentralisasi dan otonomi daerah di Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan, Jakarta (2006-2007). Selain itu pernah juga menjadi peneliti utama di Lembaga Survei Indonesia (2005-2007).
Pada 15 Mei 2007, Anies Baswedan dilantik menjadi rektor Universitas Paramadina. Anies menjadi rektor menggantikan posisi yang dulu ditempati oleh cendekiawan dan intelektual Muslim, Nurcholish Madjid, yang juga merupakan pendiri universitas tersebut. Saat itu ia baru berusia 38 tahun dan menjadi rektor termuda di Indonesia. Majalah Foreign Policy memasukan Anies dalam daftar 100 Intelektual Publik Dunia. Nama Anies Baswedan tercantum sebagai satu-satunya orang Indonesia yang masuk pada daftar yang dirilis majalah tersebut pada edisi April 2008. Anies berada pada jajaran nama-nama tokoh dunia antara lain tokoh perdamaian, Noam Chomsky, para penerima penghargaan Nobel, seperti Shirin Ebadi, Al Gore, Muhammad Yunus, dan Amartya Sen, serta Vaclav Havel, filsuf, negarawan, sastrawan, dan ikon demokrasi dari Ceko. Sementara, World Economic Forum, berpusat di Davos, memilih Anies sebagai salah satu Young Global Leaders (Februari 2009). Kemudian, pada April 2010, Anies Baswedan terpilih sebagai satu dari 20 tokoh yang membawa perubahan dunia untuk 20 tahun mendatang versi majalah Foresight yang terbit di Jepang akhir April (2010). Dalam edisikhusus yang berjudul “20 Orang 20 Tahun”, Majalah Foresight menampilkan 20 tokoh yang diperkirakan skan menjadi perhatian dunia. Mereka akan berperan dalam perubahan dunia dua dekade mendatang. Nama Anies disematkan bersama 19 tokoh dunia lain seperti Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin, Presiden Venezuela Hugo Chavez, Menlu Inggris David Miliband, anggota Parlemen dan Sekjen Indian National CongressIndia Rahul Gandhi, serta politisi muda Partai Republik dan anggota House of Representative AS, Paul Ryan.
Setelah lulus kuliah di UGM pada 1995, Anies bekerja di Pusat Antar Universitas Studi Ekonomi di UGM. Kemudian, Anies mendapatkan beasiswa Fulbright untuk pendidikan Master Bidang International Security and Economic Policy di Universitas Maryland, College Park. Sewaktu kuliah, dia dianugerahi William P. Cole III Fellow di Maryland School of Public Policy, ICF Scholarship, dan ASEAN Student Award. Pada 2005, Anies menjadi peserta Gerald Maryanov Fellow di Departemen Ilmu Politik di Universitas Northern Illinois sehingga dapat menyelesaikan disertasinya tentang "Otonomi Daerah dan Pola Demokrasi di Indonesia". Ketika berada di Amerika Serikat, Anies aktif di dunia akademik dengan menulis sejumlah artikel dan menjadi pembicara dalam berbagai konferensi. Ia banyak menulis artikel mengenai desentralisasi, demokrasi, dan politik Islam di Indonesia. Artikel jurnalnya yang berjudul "Political Islam: Present and Future Trajectory" dimuat di Asian Survey, sebuah jurnal yang diterbitkan oleh Universitas California. Sementara, artikel Indonesian Politics in 2007: The Presidency, Local Elections and The Future of Democracy diterbitkan oleh BIES, Australian National University. Sepulang ke Indonesia, Anies bekerja sebagai National Advisor bidang desentralisasi dan otonomi daerah di Kemitraan bagi Pembaruan Tata Pemerintahan, Jakarta (2006-2007). Selain itu pernah juga menjadi peneliti utama di Lembaga Survei Indonesia (2005-2007).
Pada 15 Mei 2007, Anies Baswedan dilantik menjadi rektor Universitas Paramadina. Anies menjadi rektor menggantikan posisi yang dulu ditempati oleh cendekiawan dan intelektual Muslim, Nurcholish Madjid, yang juga merupakan pendiri universitas tersebut. Saat itu ia baru berusia 38 tahun dan menjadi rektor termuda di Indonesia. Majalah Foreign Policy memasukan Anies dalam daftar 100 Intelektual Publik Dunia. Nama Anies Baswedan tercantum sebagai satu-satunya orang Indonesia yang masuk pada daftar yang dirilis majalah tersebut pada edisi April 2008. Anies berada pada jajaran nama-nama tokoh dunia antara lain tokoh perdamaian, Noam Chomsky, para penerima penghargaan Nobel, seperti Shirin Ebadi, Al Gore, Muhammad Yunus, dan Amartya Sen, serta Vaclav Havel, filsuf, negarawan, sastrawan, dan ikon demokrasi dari Ceko. Sementara, World Economic Forum, berpusat di Davos, memilih Anies sebagai salah satu Young Global Leaders (Februari 2009). Kemudian, pada April 2010, Anies Baswedan terpilih sebagai satu dari 20 tokoh yang membawa perubahan dunia untuk 20 tahun mendatang versi majalah Foresight yang terbit di Jepang akhir April (2010). Dalam edisikhusus yang berjudul “20 Orang 20 Tahun”, Majalah Foresight menampilkan 20 tokoh yang diperkirakan skan menjadi perhatian dunia. Mereka akan berperan dalam perubahan dunia dua dekade mendatang. Nama Anies disematkan bersama 19 tokoh dunia lain seperti Perdana Menteri Rusia Vladimir Putin, Presiden Venezuela Hugo Chavez, Menlu Inggris David Miliband, anggota Parlemen dan Sekjen Indian National CongressIndia Rahul Gandhi, serta politisi muda Partai Republik dan anggota House of Representative AS, Paul Ryan.
center;">
Majalah bulanan berbahasa Jepang itu menilai bahwa Anies adalah tokoh yang merupakan salah satu calon pemimpin Indonesia masa mendatang. Pada Pemilu 2009, Anies menjadi moderator dalam acara debat calon presiden 2009. Pada akhir 2009, Anies dipilih oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk menjadi anggota Tim-8 dalam kasus sangkaan pidana terhadap pimpinan KPK yaitu Bibit dan Chandra. Anies, yang bukan berlatar belakang hukum, dipilih menjadi Juru Bicara Tim-8. Penyampaiannya yang sistematis, tenang dan obyektif dianggap turut membantu menjernihkan suasana dalam suhu politik yang agak memanas pada masa itu (Tim-8 bekerja non-stop selama 2 minggu di bulan November 2009). Anies adalah seorang muslim moderat yang sampai saat ini tetap konsisten pada pendiriannya untuk tidak memihak pada kekuatan (politik) tertentu. Ia menikah dengan Fery Farhati Ganis, S.Psi., M.Sc. dan dikaruniai empat anak: Mutiara Annisa (sulung), Mikail Azizi (kedua), Kaisar Hakam (ketiga), dan Ismail Hakim (bungsu). Kediaman Anis Baswedan bertempat tinggal di daerah Lebak Bulus di Jakarta.
Perihal pendidikan tinggi, menurut Anies, hubungan mahasiswa dan perguruan tinggi bukanlah hubungan transaksional komersial. Sebuah perguruan tinggi tidak boleh memandang dirinya sebagai penjual jasapendidikan dan memandang mahasiswa sebagai pembelinya. Pendidikan tinggi di Indonesia seharusnya dipahami oleh pelakunya sebagai pendorong kemajuan bangsa dan memosisikan mahasiswa sebagai agent of change (agen perubahan). Anies menganggap bahwa pemuda inilah yang akan menggantikan peran generasi tua pada masa depan. Dalam hal pengelolaan pendidikan, Anies berpendapat bahwa hal tersebut memang mahal. Baginya, ini merupakan tantangan bagi pimpinan institusi pendidikan untuk kreatif membuat alternatif model-model pendanaan, baik dari pemerintah maupun swasta. Sebagai seorang akademisi, bagi Anies, pendidikan harus ditunjang oleh kemandirian dalam pembiayaan pendidikan itu adalah suatu keniscayaan. Di awal mungkin perguruan tinggi memang perlu dibiayai pemerintah, tetapi dalam perjalanan selanjutnya harus dapat mandiri. Bahkan, dalam hal ini, Anies menyatakan bahwa perguruan tinggi harus mampu menerjemahkan bahasa pengelolaan pendidikan dalam bahasa pengelolaan bisnis modern.
Pada 2008, Ia merintis Program Beasiswa di Universitas Paramadina bernama Paramadina Fellowship. Program ini mengadopsi konsep yang biasa digunakan di universitas-universitas di Amerika Utara dan Eropa dengan menyematkan nama sponsor sebagai predikat penerima beasiswa. Jika mahasiswa A mendapat beasiswa dari institusi B, yang memang menjadi salah satu sponsor, di belakang nama mahasiswa dicantumkan nama sponsor, menjadi A, Paramadina, Institusi B Fellow. Sebagai contoh Andi, Paramadina Adaro Fellow. Predikat itu wajib digunakan dalam berbagai publikasi dan tulisan. Anies mengakui bahwa kunci keberhasilan sebuah perguruan tinggi adalah menerima yang terbaik (admit for the best). Selain itu, bagi Anies, lulusan perguruan tinggi yang baik adalah bukan yang setelah lulus berlomba membuat CV (curriculum vitae) sebagus mungkin. Baginya, mahasiswa harus dapat membuat proposal bisnis ketika lulus. Harapannya, mereka bukan mencari pekerjaan kelak tetapi akan membuka lapangan pekerjaan.
Menurut Anies, mahasiswa memiliki tiga karakter utama, yakni intelektualitas, moral dan ke-oposisi-an. Selama ini, dua karakter terakhir sudah dapat dikatakan tuntas. Timbulnya pergerakan organisasi-organisasi mahasiswa menunjukkan karaker oposisi mahasiswa. Meski kadang terlihat anarkis, tetapi mahasiswa telah mengerti batasan-batasan moral yang harus dijaga. Akan tetapi, karakter pertama, intelektualitas, masih belum dihayati. Implementasi karakter tersebut adalah kemampuan menulis dan berbahasa internasional. Anies menegaskan bahwa dalam satu waktu, seseorang bukan hanya warga sebuah negara, tetapi juga menjadi "warga dunia". Dengan kesadaran menjadi ”warga dunia” , mahasiswa dapat melihat ke depan. Menurut Anies, kompetitor mahasiswa Indonesia bukanlah mahasiswa lain dari perguruan tinggi terkemuka di Tanah Air, tetapi mahasiswa-mahasiswa yang merupakan lulusan Melbourne, Amerika Serikat, Tokyo, dan lain-lain yang memiliki kemampuan bahasa, ilmu pengetahuan, dan jaringan internasional luas.
Menurutnya saat ini harus ada kesadaran melampaui Indonesia, beyond Indonesia. Dalam dunia akademik yang kompetitif seperti itu, maka kemampuan menulis menjadi perlu. Penyampaian ide dalam bentuk tulisan akan berharga sekali. Bahkan, menurut Anies, dalam membangun peradaban, kemampuan menulis menjadi fundamental. Selain itu, kemampuan berbahasa internasional akan membantu mahasiswa untuk menyampaikan ide-idenya. Di era globalisasi ini, akumulasi pengetahuan jangan sampai sia-sia hanya karena dua syarat itu diabaikan.
Referensi :
- http://id.wikipedia.org/wiki/Anies_Baswedan
Majalah bulanan berbahasa Jepang itu menilai bahwa Anies adalah tokoh yang merupakan salah satu calon pemimpin Indonesia masa mendatang. Pada Pemilu 2009, Anies menjadi moderator dalam acara debat calon presiden 2009. Pada akhir 2009, Anies dipilih oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk menjadi anggota Tim-8 dalam kasus sangkaan pidana terhadap pimpinan KPK yaitu Bibit dan Chandra. Anies, yang bukan berlatar belakang hukum, dipilih menjadi Juru Bicara Tim-8. Penyampaiannya yang sistematis, tenang dan obyektif dianggap turut membantu menjernihkan suasana dalam suhu politik yang agak memanas pada masa itu (Tim-8 bekerja non-stop selama 2 minggu di bulan November 2009). Anies adalah seorang muslim moderat yang sampai saat ini tetap konsisten pada pendiriannya untuk tidak memihak pada kekuatan (politik) tertentu. Ia menikah dengan Fery Farhati Ganis, S.Psi., M.Sc. dan dikaruniai empat anak: Mutiara Annisa (sulung), Mikail Azizi (kedua), Kaisar Hakam (ketiga), dan Ismail Hakim (bungsu). Kediaman Anis Baswedan bertempat tinggal di daerah Lebak Bulus di Jakarta.
Perihal pendidikan tinggi, menurut Anies, hubungan mahasiswa dan perguruan tinggi bukanlah hubungan transaksional komersial. Sebuah perguruan tinggi tidak boleh memandang dirinya sebagai penjual jasapendidikan dan memandang mahasiswa sebagai pembelinya. Pendidikan tinggi di Indonesia seharusnya dipahami oleh pelakunya sebagai pendorong kemajuan bangsa dan memosisikan mahasiswa sebagai agent of change (agen perubahan). Anies menganggap bahwa pemuda inilah yang akan menggantikan peran generasi tua pada masa depan. Dalam hal pengelolaan pendidikan, Anies berpendapat bahwa hal tersebut memang mahal. Baginya, ini merupakan tantangan bagi pimpinan institusi pendidikan untuk kreatif membuat alternatif model-model pendanaan, baik dari pemerintah maupun swasta. Sebagai seorang akademisi, bagi Anies, pendidikan harus ditunjang oleh kemandirian dalam pembiayaan pendidikan itu adalah suatu keniscayaan. Di awal mungkin perguruan tinggi memang perlu dibiayai pemerintah, tetapi dalam perjalanan selanjutnya harus dapat mandiri. Bahkan, dalam hal ini, Anies menyatakan bahwa perguruan tinggi harus mampu menerjemahkan bahasa pengelolaan pendidikan dalam bahasa pengelolaan bisnis modern.
Pada 2008, Ia merintis Program Beasiswa di Universitas Paramadina bernama Paramadina Fellowship. Program ini mengadopsi konsep yang biasa digunakan di universitas-universitas di Amerika Utara dan Eropa dengan menyematkan nama sponsor sebagai predikat penerima beasiswa. Jika mahasiswa A mendapat beasiswa dari institusi B, yang memang menjadi salah satu sponsor, di belakang nama mahasiswa dicantumkan nama sponsor, menjadi A, Paramadina, Institusi B Fellow. Sebagai contoh Andi, Paramadina Adaro Fellow. Predikat itu wajib digunakan dalam berbagai publikasi dan tulisan. Anies mengakui bahwa kunci keberhasilan sebuah perguruan tinggi adalah menerima yang terbaik (admit for the best). Selain itu, bagi Anies, lulusan perguruan tinggi yang baik adalah bukan yang setelah lulus berlomba membuat CV (curriculum vitae) sebagus mungkin. Baginya, mahasiswa harus dapat membuat proposal bisnis ketika lulus. Harapannya, mereka bukan mencari pekerjaan kelak tetapi akan membuka lapangan pekerjaan.
Menurut Anies, mahasiswa memiliki tiga karakter utama, yakni intelektualitas, moral dan ke-oposisi-an. Selama ini, dua karakter terakhir sudah dapat dikatakan tuntas. Timbulnya pergerakan organisasi-organisasi mahasiswa menunjukkan karaker oposisi mahasiswa. Meski kadang terlihat anarkis, tetapi mahasiswa telah mengerti batasan-batasan moral yang harus dijaga. Akan tetapi, karakter pertama, intelektualitas, masih belum dihayati. Implementasi karakter tersebut adalah kemampuan menulis dan berbahasa internasional. Anies menegaskan bahwa dalam satu waktu, seseorang bukan hanya warga sebuah negara, tetapi juga menjadi "warga dunia". Dengan kesadaran menjadi ”warga dunia” , mahasiswa dapat melihat ke depan. Menurut Anies, kompetitor mahasiswa Indonesia bukanlah mahasiswa lain dari perguruan tinggi terkemuka di Tanah Air, tetapi mahasiswa-mahasiswa yang merupakan lulusan Melbourne, Amerika Serikat, Tokyo, dan lain-lain yang memiliki kemampuan bahasa, ilmu pengetahuan, dan jaringan internasional luas.
Menurutnya saat ini harus ada kesadaran melampaui Indonesia, beyond Indonesia. Dalam dunia akademik yang kompetitif seperti itu, maka kemampuan menulis menjadi perlu. Penyampaian ide dalam bentuk tulisan akan berharga sekali. Bahkan, menurut Anies, dalam membangun peradaban, kemampuan menulis menjadi fundamental. Selain itu, kemampuan berbahasa internasional akan membantu mahasiswa untuk menyampaikan ide-idenya. Di era globalisasi ini, akumulasi pengetahuan jangan sampai sia-sia hanya karena dua syarat itu diabaikan.
Referensi :
- http://id.wikipedia.org/wiki/Anies_Baswedan
Oleh : Turiman Fachturahman Nur
Prolog:
Tulisan ini dipaparkan, karena banyak mahasiswa yang menanyakan, apakah sebenarnya pengertian paradigma itu dan bagaimana konsepnya serta korelasinya jika diterapkan dalam kajian ilmu hukum, untuk memberikan paparan yang jelas dipaparkan secara jelas asal muasal konsep paradigma Thomas Khun, karena beliau yang pertama kali memperkenalkan dalam kajian keilmuan secara konsepsional, hanya masalahnya mahasiswa sering gamang bagaimana menerapkannya dalam kajian ilmu hukum, penulis mencoba untuk mengeksplorasi secara sistimatika dengan menelusuri jejak konsep paradigma yang dimaksudkan Thomas Khun dan paparan ini semoga bermanfaat bagi para penstudi hukum.
A.Pengertian Paradigma dan Menelusuri Jejak Konsep Paradigma Thomas Kuhn
Paradigma dalam bahasa Inggris disebut paradigm dan bahasa Perancis paradigme, ia berasal dari bahasa Latin ”para” dan deigma”. Para berarti disisi, disamping dan deigma berarti contoh, pola, model. Sedangkan deigma dalam bentuk kata kerja deiknynai berarti menunjukkan atau mempertunjukkan sesuatu. Dengan begitu, secara epistimologis, paradigma berarti disisi model, disamping pola atau disisi contoh. Paradigma berarti pula sesuatu yang menampakkan pola, model atau contoh. Paradigma juga sinonim denganguiding principle, basic point of view atau dasar perspektif ilmu, gugusan pikir, model, pola, kadang ada pula yang menyebutnya konteks. Secara terminologi, paradigma berarti jalinan ide dasar beserta asumsi dengan variabel-variabel idenya.[1]
Paradigma sebagai Konsep Keilmuan sesungguhnya sudah muncul dan berkembang secara simultan dengan pemikiran filosofis dan keilmiahan. Simultan berarti dapat muncul dan dikembangkan bersamaan, berbarengan, tersurat, tersirat, dan berkohesif dengan model pembentukan dan pengembangan asumsi, postulat, asas, konsep, teori, dalil, dan logika yang dihasilkan oleh pemikiran filosofis dan keilmiahan.
Malahan untuk lebih memperkuat bangunan sebuah kerangka pemikiran rasional kerapkali diinterplaykan dengan ajaran-ajaran keagamaan yang berasal dari wahyu illahi sebagaimana terdapat di dalam kitab-kitab suci keagamaan. Ini merupakan langkah nyata dari upaya manusia untuk mencerdaskan dan mengakhlaqkan dirinya guna menemukan jejak-jejak kebenaran otentik secara makro maupun mikro dengan mencermati eksistensi alam semesta beserta segala isinya. Juga menunjukkan, bahwa daya tangkap indrawi, perasaan dan pikiran manusia untuk mengungkap sebuah kebenaran otentik amatlah terbatas. Apalagi mengungkapkan misteri-misteri ketuhanan, kealaman dan kemanusiaan yang serba transendental. Oleh karena itu, pemikiran dan penalaran akal budi manusia perlu dinterplaykan, dikoherensikan dan dikorespondensikan dengan jejak-jejak kebenaran trasendental otentik yang telah diwahyukan oleh Allah SWT di dalam kitab-kita suci.[2]
Sungguhpun demikian, patut juga dipahami bahwa sebagai makhluk berakal di muka bumi yang kongkrit dan positif ini, manusia cukup dibekali oleh Sang Pencipta-Nya dengan berbagai kemampuan manusiawi, perasaan, kecerdasan dan kemampuan fisik yang seolah-olah tanpa batas. Mereka mampu menciptakan perangkat-perangkat kehidupan manusiawi melalui Ilmu Pengetahuan dan Teknologi yang dikembangkannya. Berdasarkan IPTEK-nya itu, manusia seolah-olah dewa dari akal budinya sendiri ketika memahami, mengartikulasi dan mengaktualisasikan ekspresi-ekspresi semionika kealaman dan kemanusiaan, melalui proses belajar-mengajar yang menghasilkan berbagai hasil cipta, rasa dan karsanya, bahwa memang ada kebenaran, kebaikan, dan keadilan yang dapat dijelaskan, diprediksi dan dipecahkan berdasarkan ragam teori dan paradigma yang diciptakannya.[3]
Untuk memahami konsep paradigma, maka perlu dipahami dasar-dasar dan konsep paradigma terlebih dahulu, sebagaimana diketahui, bahwa konsep paradigma untuk pertama kalinya dintroduksi pada tahun 40-an oleh Thomas S. Kuhn. Pada awal mulanya Kuhn adalah seorang mahasiswa fisika teoretis. Ketertarikannya terhadap filsafat sains, dan kemudian ia mendapatkan kedudukan dan tempat yang terhormat, dimulainya ketika ia mengikuti kuliah eksperimental pada mata kuliah yang ditekuninya. Kuliah itu benar-benar merupakan pengalaman baru baginya, yang kemudian diakuinya sebagai tonggak yang telah mengubah seluruh persepsinya tentang sains.[4]
Perkenalannya dengan teori dan praktik ilmiah yang usang itu telah secara radikal merobohkan sebagian konsepsi dasarnya tentang sains dan juga merupakan awal keberhasilannya yang istimewa. Pengalaman itu kemudian digabungkan dengan minatnya terhadap filsafat sains yang telah lama menyita hatinya. Ketika ia memperhatikan bidang sejarah, ia tertarik pada kegagalan-kegagalan bidang itu dalam menyusun kebenaran pada bidangnya. Dalam pandangannya, kegagalan itu merupakan sesuatu yang harus diteliti.
Akibatnya, Kuhn telah melangkah pada suatu bidang baru yang kemudian disadarinya sebagai sebab pengalihan karirnya, dari bidang fisika ke bidang sejarah sains. Banyak artikel mengalir dari tangannya tentang masalah-masalah sains yang terlepas dari perhatian orang dan kemudian ia telah menjadi orang penting di Society of Fellows pada Harvard University. Selama tiga tahun berada di sana, sebagian besar waktunya ia curahkan untuk mendalami filsafat sains dan menyusun gagasan-gagasan sains yang kemudian oleh dunia sains dikenal dengan sebutan ”konsep paradigma”
Selama usaha penyusunan gagasan-gagasannya, ia mendapat dukungan dari banyak rekannya. Banyak di antara mereka menganjurkan hal-hal penting dalam kaitan dengan penyusunan konsep paradigma Kuhn. Antara lain anjuran kepadanya untuk membaca makalah-makalah dari psikologi Gestalt; kemudian ”spekulasi-B L. Whorf”, tentang pengaruh bahasa terhadap pandangan dunia; masalah perbedaan sintetik-analitik dari WHO Quine; kemudian ia sendiri merasa beruntung menemukan monografi Ludwik Fleck, ”Entsthung und Ent wicklung einer wissenschaftlichen Tatsache”, yang kemudian banyak mengantisipasi banyak gagasannya. Menurut Kuhn, gagasan Fleck sangat penting bagi masyarakat komunitas ilmiah.
Pada tahun terakhir kehadirannya di Society of Fellows, ia mendapat undangan memberikan ceramah di Lowell Institute, Boston, yang baginya merupakan pertama pengujian terhadap gagasan-gagasannya tentang sains. Pada tahun 1951, sebagai rangkaian dari ceramahnya itu, ia terlibat dalam delapan kali rangkaian ceramahnya tentang ”Pencarian Teori Fisika”.
Tahap akhir penyempurnaan gagasan-gagasannya adalah melalui hadirnya undangan dari ”Center for Advanced Studies in the Behavioral Science”, tahun 1958-1959. Selama kurun waktu itu ia sepenuhnya berada dikalangan ilmuwan-ilmuwan sosial yang sarat akan perbedaan pandangan yang mencengangkan. Itulah saat pertama Kuhn menyatakan kekaguman dan ketercengangannya akan besarnya tingkat perbedaan pendapat tentang metode ilmiah, sesuatu yang belum pernah ia jumpai pada kalangan ilmuwan alamiah, yang sekaligus membuatnya ragu akan perhatian ilmuwan-ilmuwan alamiah terhadap masalah itu.
Upaya untuk mendapatkan jawaban atas perbedaan-perbedaan itulah yang mendorong Kuhn untuk meneliti tentang peran riset ilmiah yang kemudian ia sebut dengan nama ”paradigma”. Melalui proses itulah Kuhn menemukan rangkaian proses pertumbuhan sains yang sangat kompleks.
Proses pertumbuhan sains merupakan proses yang tidak dapat dihindari. Bermula dari adanya anomali, keraguan terhadap kebenaran suatu paradigma, yang kemudian dilanjutkan oleh proses berikutnya, yaitu krisis sebagai akibat dari meningkatnya pertentangan antara mereka yang berpegang pada paradigma lama dengan mereka yang menghendaki pertentangan itu, suatu paradigma baru dapat lahir dari kemenangan pihak yang menghendaki perubahan itu.
Kelahiran paradigma baru ini oleh Kuhn dipandang sebagai proses revolusioner, yaitu lahirnya paradigma baru yang menggantikan paradigma lama. Pada gilirannya proses ini dapat terus berlangsung seperti halnya awal proses revolusi sains ini dimulai. Konsep ini kemudian dikenal dengan nama Teori Revolusi Sains yang oleh Kuhn dituliskan dalam bukunya yang diberi judul, The Structure of Scientific Revolution.
Sentral revolusi sains adalah paradigma. Untuk menguraikan masalah ini Thomas Kuhn telah mendasarkan gagasan-gagasannya pada peranan sejarah yang sangat luas. Menurut Kuhn, sejarah bukanlah sekedar disiplin yang bersifat murni deskriptif atau sekadar bersifat normatif, melainkan lebih dari bersifat murni deskriptif atau sekadar bersifat normatif, melainkan lebih dari itu. Sejarah merupakan dasar transformasi teori atau fakta yang dapat menghasilkan bentuk-bentuk transformasi konseptual yang luar biasa.
Bagi Thomas Kuhn, sejarah merupakan dasar yang dapat digunakan untuk menentukan ajeg atau tidak ajegnya suatu paradigma. Kuhn bahkan telah membuktikan bagaimana sejarah dapat dijadikan dasar untuk membangun gagasan-gagasan yang universal. Pandangan yang menyatakan sejarah sekadar sebagai disiplin yang sekadar normatif atau deskriptif adalah pandangan keliru yang umumnya didasarkan pada tesis-tesis dangkal yang kadang hanya bersifat normatif dan impertatif.
Thomas Kuhn telah menggunakan sejarah sebagai dasar untuk menyusun gagasan paradigmanya. Sejarah telah membantunya untuk menemukan konstelasi fakta, teori, dan metode-metode yang tersimpan di dalam buku-buku teks sains. Dengan jalan begitu, Kuhn menemukan suatu proses perkembangan teori yang kemudian disebutnya sebagai proses perkembangan paradigma yang bersifat revolusioner. Menurut Kuhn, ilmu pengetahuan telah berkembang secara revolusioner yang dia rumuskan dalam rangkaian proses secara demikian :[5]
P1 – Ns – A – C – R – P2
P1 = adalah suatu simbol dari suatu paradigma yang telah ada dalam suatu masyarakat sains. Paradigma ini sedemikian eksisnya dalam kehidupan suatu masyarakat sains, sehingga ia menjadi suatu paradigma yang membatasi kepercayaan dan usaha-usaha untuk mencari dan menemukan alternatif-alternatif baru yang dapat menggantinya. Salah satu sebabnya adalah karena kapasitas paradigma itu untuk mengantisipasi masalah-masalah yang dihadapi masyarakat itu.
Ns = merupakan simbol dari pengertian ”Normal Science” atau sains yang normal. Sains yang normal adalah periode akumulasi ilmu pengetahuan, di mana ilmuwan-ilmuwan berorientasi dan memegang teguh paradigma pendahulunya itu (P1). Sains yang normal adalah riset yang memegang teguh pencapaian-pencapaian ilmiah yang mendahuluinya, yaitu pencapaian yang oleh suatu masyarakat ilmiah dipandang sebagai dasar fundamental bagi pengembangan riset selanjutnya. Sains yang normal dapat menjelaskan arti paradigma. Dalam konteks ini, paradigma adalah model atau pola yang diterima oleh suatu masyarakat sains tertentu. Sains yang normal merupakan usaha untuk mewujudkan janji melalui perluasan pengetahuan dan fakta-fakta, dengan menaikkan tingkat kecocokan antara fakta-fakta yang diperoleh dengan prakiraan yang terkandung di dalam paradigma pengetahuannya (P1). Operasi sains yang normal merupakan kerja untuk menyelesaikan karya-karya yang tertinggal dan belum tuntas. Sehingga sains yang normal ditunjukkan untuk artikulasi gejala-gejala dan teori-teori yang telah disajikan oleh paradigma pendahulunya itu. Maka sains atau riset yang normal adalah riset yang didasarkan pada paradigma yang telah ada. Sains yang normal, sering menekan hal-hal baru yang fundamental, karena hal-hal baru yang fundamental itu akan meruntuhkan paradigma pendahulunya (P1). Paradigma sesungguhnya merupakan komitmen-komitmen mendasar yang dipegang teguh oleh suatu masyarakat sains.
Keadaan ini tidak akan dapat bertahan secara terus-menerus. Gejala-gejala baru yang tumbuh dan berkembang sebagai gejala alamiah, senantiasa akan menjadi sebab yang menantang untuk meruntuhkan paradigma itu. Gejala-gejala itu merupakan sebab dibutuhkannya penjelajahan-penjelajahan baru yang dapat menanggapi gejala-gejala itu. Jika telah sampai pada periode ini, maka suatu proses perkembangan sains segera berada pada periode anomali.
A= merupakan simbol dari pengertian anomali. Anomali adalah periode pertentangan antara kelompok ilmuwan yang memegang teguh pencapaian-pencapaian lama (P2) dengan ilmuwan-ilmuwan yang menanggapi kehadiran gejala-gejala baru itu, dan karenanya mereka menghendaki perubahan-perubahan dan perkembangan komitmen-komitmen baru, yang dapat digunakan untuk menjawab tantangan-tantangan baru dari gejala itu. Sebab utama kehadiran periode ini adalah gagalnya paradigma lama (P1) untuk memecahkan masalah-masalah baru yang hadir bersama gejala-gejala baru. Jika pertentangan ini memuncak, maka proses perkembangan sains segera memasuki periode terbarunya, yaitu periode krisis.
C= merupakan simbol dari pengertian krisis, yaitu suatu periode perkembangan sains yang menunjuk pada kondisi pertentangan antara penganut paradigma lama (P1) dengan kelompok yang menghendaki perubahan terhadap paradigma lama. Pada periode ini biasanya muncul gagasan-gagasan baru yang mengguncangkan eksistensi paradigma lama yang pada gilirannya akan menjadi sebab semakin memuncaknya pertentangan itu. Meningkatnya pertentangan ini hanya mungkin jika dipenuhi suatu kondisi, yaitu adaptifnya gagasan-gagasan baru terhadap gejala-gejala yang berkembang. Krisis ini akan diakhiri oleh munculnya teori baru yang ditandai oleh suatu proses penggantian kedudukan yang radikal, yaitu revolusi sains.
R = merupakan simbol dari pengertian revolusi sains, yaitu periode munculnya teori baru yang secara radikal menggantikan teori lama. Revolusi sains dibuka oleh kesadaran yang semakin tumbuh yang ditandai oleh pandangan subdivisi masyarakat sains yang cenderung bersifat sempit, yaitu tidak difungsinya lagi paradigma lama. Karenanya paradigma lama harus digantikan oleh paradigma baru. Bertolak dari dasar proses ini maka lahirlah paradigma baru (P2).
P2 = merupakan simbol dari pengertian Paradigma baru, yaitu paradigma hasil revolusi sains yang menggantikan kedudukan paradigma lama (P1). Berdasarkan karakter proses ini maka ciri untuk menentukan standar revolusi sains adalah ada atau tidaknya penerobosan terhadap suatu komitmen sains yang normal. Ciri lainnya adalah ada tidaknya anomali, krisis dan akhirnya pergantian kedudukan terhadap suatu teori lama. Menurut Kuhn, revolusi sains tidak selalu merupakan gejala eksplisit yang tegas. Sering ia merupakan suatu proses implisit dari perubahan unsur-unsur penting dari suatu formula. Karenanya hanya buku-buku sainslah yang menjelaskan revolusi itu, yaitu dengan melihat formulasi paradigma sebelum perubahan, dan buku-buku yang mengandung uraian tentang itu pada pasca revolusi.
Dalam waktu singkat gagasan paradigma Kuhn telah diterima secara meluas pada tahun 50-an. Gagasan ini tiba-tiba telah menjadi dasar eksplanasi teori pada berbagai bidang ilmu, politik, sosiologi, administrasi negara, dan lainnya. Akibatnya adalah, istilah itu sangat populer pada bidang-bidang ilmu itu, demikian juga dengan pengembangan pengertiannya.
Istilah paradigma berasal dari istilah latin yaitu paradeigma yang berarti pola. Pada tahun 40-an istilah ini diintroduksi kembali oleh Kuhn dalam konteks filsafat sains. Oleh Kuhn, istilah ini dipergunakan untuk menunjuk dua pengertian utama, pertama, sebagai totalitas konstelasi pemikiran, keyakinan, nilai, persepsi, dan teknik yang dianut oleh akademisi maupun praktisi disiplin ilmu tertentu yang mempengaruhi cara pandang realitas mereka. Kedua, sebagai upaya manusia untuk memecahkan rahasia ilmu pengetahuan yang mampu menjugkirbalikan semua asumsi maupun aturan yang ada.
Scott mengartikan paradigma Kuhn sebagai :[6]
a. an achievement, a new, accepted way of solving a problem which then is used as a model of future work;
b. a set of shared values, the methods, standard and generalizations shared by those trained to carry on the scientific work modeled on that paradigm.
Pengertian yang dintroduksi oleh Scott ini mengandung beberapa aspek penekanan yaitu bahwa paradigma merupakan, pertama, sebagai pencapaian yang baru, yang kemudian diterima sebagai cara untuk memecahkan masalah, dan pola pemecahan masalah masa depan. Hal menarik dari pengertian ini adalah bahwa paradigma adalah cara pemecahan masalah yang seharusnya memiliki daya prediksi masa depan. Kedua, sebagai kesatuan nilai, metode, ukuran dan pandangan umum yang oleh kalangan ilmuwan tertentu digunakan sebagai cara kerja ilmiah pada paradigma itu.
Mastermann mengemukakan tiga tipe pengertian paradigma Kuhn, yang menurutnya mengandung 21 pengertian. Pertama, Paradigma metafisik, kedua, paradigma sosiologi, ketiga, paradigma konstrak[7]. Paradigma metafisik memerankan tiga fungsi, yaitu yang menunjuk pada suatu komunitas ilmuwan tertentu yang :
- memusatkan perhatian pada sesuatu yang ada dan yang tidak ada;
- memusatkan perhatian pada usaha penemuan tema sentral dari sesuatu yang ada;
- berharap menemukan sesuatu yang sungguh-sungguh ada.
Paradigma ini merupakan konsensus terluas dalam suatu bidang ilmu tertentu. Paradigma sosiologi, oleh Mastermann dipandang memiliki konsep yang sama denganThomas Kuhn, yaitu bertolak dari kebiasaan nyata, keputusan gagasan yang diterima, hasil nyata perkembangan ilmu pengetahuan, serta hasil perkembangan ilmu pengetahuan yang diterima secara umum.
Sedangkan Paradigma Konstrak, yaitu konsep paradigma yang paling sempit dan nyata, dibanding ketiga konsep di atas. Misalnya, peranan paradigma dalam pembangunan reaktor nuklir. Pandangan-pandangan diatas tampak belum mampu menjelaskan konsep paradigma. Robert Friedrichs mencoba mengatasi masalah ini dengan mengajukan rumusan pengertian sebagai berikut :[8]
Paradigma adalah pandangan mendasar dari suatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan (subject matter) yang semestinya dipelajarinya (a fundamental image a dicipline has of its subject matter).
Dengan maksud lebih memperjelas lagi, George Ritzer mencoba mensistesiskan pengertian yang dikemukakan oleh Kuhn, Mastermann dan Friedrich, dengan pengertian paradigma sebagai berikut :[9]
Pandangan yang mendasar dari ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya oleh suatu cabang ilmu pengetahuan (diciplin)
. Bertolak dari berbagai pengertian yang telah dikemukakan di atas, pengertian paradigma oleh mereka tampaknya diberatkan pada beberapa unsur, yaitu :
1. Sebagai pandangan mendasar sekelompok ilmuwan, tentang ;
2. objek ilmu pengetahuan yang seharusnya dipelajari oleh suatu displin; dan tentang ;
3. metode kerja ilmiah yang digunakan untuk mempelajari objek itu
Pengembangan ini tampaknya akan membawa persoalan tersendiri bagi pengertian paradigma. Usaha-usaha pemberian pengertian dengan dasar kepentingan individual dari masing-masing disiplin dapat mengakibatkan timbulnya satu dampak yang bersifat ganda, yaitu pertama, menjadi jelasnya makna paradigma bagi kepentingan masing-masing disiplin yang menjelaskannya. Kedua, mengaburnya makna esensial paradigma, dari hakikat dasar pengertiannya sebagaimana pada mulanya diintroduksi oleh Kuhn.
Untuk memulihkan kekaburan yang mungkin timbul dari pengertian-pengertian itu, maka berikut diangkat suatu suatu sintesis dari beberapa pengguna istilah paradigma yang digunakan oleh Kuhn dalam introduksi gagasannya. Pertama, dalam The Structure of Scientific Revolution, pada prinsipnya Kuh membahas masalah perkembangan ilmu pengetahuan yang menurutnya bersifat revolusioner. Kedua, apa yang menjadi pusat penyelidikannya dalam usaha membuktikan tesisnya tentang perkembangan itu adalah paradigma. Ketiga, paradigma yang dimaksud oleh suatu kesatuan gagasan yang diterima secara komitmen oleh suatu kesatuan masyarakat ilmuwan, dalam suatu kurun waktu tertentu. Keempat, oleh akibat munculnya gejala-gejala baru, paradigma lama ini akan jatuh kedalam beberapa tahapan proses perkembangan, yaitu anomali, krisis, menjatuhkan (revolusi), dan akhirnya munculnya gagasan baru yang menggantikan kedudukan paradigma lama.
B. Penerapan Konsep Paradigma dalam Kajian Ilmu Hukum
Berdasarkan rekonstruksi ini, maka yang dimaksud dengan paradigma hakikatnya adalah suatu gagasan tertentu yang diakui dan dipegang teguh oleh suatu masyarakat dan pengakuan itu berlangsung dalam kurun waktu tertentu. Dengan demikian konsep paradigma dapat dieksplorasi menurut penulis diartikan sebagai berikut :
Kesatuan gagasan dari suatu masyarakat sains tertentu, dalam kurun waktu tertentu yang dipegang teguh secara komitmen oleh masyarakatnya.contohnya dari paradigma hukum alam bergeser ke paradigma positivisme hukum kemudian bergeser keparadigma pospositivisme kemudian bergeser lagi ke paradigma hukum kritis atau dikenal Socio Legal Critism dan kemudian bergeser lagi ke paradigma hukum konstruktivism, hanya patut diperhatikan oleh para penstudi hukum, bahwa dalam ilmu hukum terdapat perkembangan yang khas artinya walapun terjadi pergeseran paradigma dalam melihat kajian hukum tetapi salah satu bentuk khas dari pergeseran paradigmanya adalah bahwa kehadiaran suatu paradigma baru, dihadapan paradigma lama tidak selalu menjadi sebab tergeser atau jatuhnya paradigma lama. Hal ini apa artinya, bahwa faktor khusus yang juga menciptakan kekhususan dalam revolusi sains dalam bidang ilmu hukum adalah terdapatnya gejala-gejala kontemporer yang ada bersamaan dengan gejala-gejala konstan masyarakat hukum, sehingga pada saat munculnya kebutuhan terhadap paradigma baru, bersamaan dengan itu tetap pula berlaku paradigma lainnya. Hanya saja paradigma yang lebih muda sering selalu berlaku dominan dibandingkan dengan paradigma pendahulunya. Jadi bisa saja sebuah kajian pada topik tertentu menggunakan paradigma positivisme hukum tetapi pada kajian lainnya dalam topik yang sama didalamnya menggunakan paradigma legal studi critism, bahkan dikorelasikan keduanya hanya pada fokus kajian tetap konsisten dengan paradigma yang dipilihnya sebagai pendekatan kajian hukum. Pada tataran ini, maka paradigma diartikan sebagai pandangan yang mendasar dari ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang semestinya oleh suatu cabang ilmu pengetahuan (diciplin), karena setiap kajian hukum tidak bisa dipaksakan hanya dengan pendekatan satu paradigma saja, mengapa demikian? Hal ini disebabkan setiap proposisi yang dibangun oleh pengkaji bisa dikaji dengan berbagai dalil-dalil dengan lintas paradigma hukum.[10]
Argumentasi penulis yang memperkuat paparan di atas, bahwa ilmu hukum sebagai disiplin ilmu pengetahuan, memiliki ontologi, epistemologi dan aksiologi yang otonom. Ontologi Ilmu Hukum, adalah norma hukum yang mengatur kehidupan masyarakat manusia dalam yuridiksi nasional maupun internasional; dikonstruksi oleh institusi sosial, kenegaraan dan atau masyarakat (lembaga) internasional. Berikut perrangkat-perangkat serta sistem penegakannya. Singkat ilmu hukum mempelajari seluk beluk hukum: norma, asas, konsep, teori, sistem, subtansi, mekanisme, kepentingan individu, sosial, negara, msyarakat bangsa-bangsa, perkembangan, kedudukan dan keterkaiatannya dengan disiplin ilmu lainnya[11]
Epistemologi ilmu hukum; berbasiskan pada aliran pemikiran (filsafat) Hukum Alam, Positiovisme Hukum (Legal Positivistic) dan Aliran Sosiologis. Menerapkan metode : Filsafat, Yuridis (dogmatik, interprestasi, sistematisasi, konstruksi, histtoris, perbandingan), dan sosiologis (interdisipliner), terekspresikan (rangkuman) kedalam Metode Penelitian Hukum Normatif, Metode Penelitian Hukum Sosiologis, dan Jurimetri.
Aksiologi Ilmu Hukum: memiliki kegunaan yang ”par excellence”, yakni mutu baku ilmiah bagi pengembangan cita (politik) hukum ke masa depan/yang dicitakan (ius constitutum) maupun pemecahan masalah hukum kontemporer/positif (iuscontituendum)
Dengan paparan diatas memberikan pemahaman, bahwa beberapa sebab yang justru dapat menjatuhkan makna paradigma ke dalam kekaburan dari sisi konsepsional oleh para penstudi hukum sendiri adalah dibaurkannya makna dasar paradigma (ontologinya), dengan aspek aksiologi dan perkembangan dari paradigma itu (epistemologinya). Karenanya amatlah penting untuk terlebih dahulu memegang hakikat dasar dari pengertian paradigma itu, untuk kemudian barulah dilihat perkembangan pemaknaannya pada setiap disiplin ilmu, termasuk didalamnya ilmu hukum.
Mengapa demikian ? karena dari sisi pengkajian ilmu hukum, bangunan hukum modern bukanlah semata-mata “realitas yuridis”, tetapi juga “realitas sosiologis” yang saling mempengaruhi dan tidak mensterilkan. Kenyataan tersebut, memparadugmakan bahwa bangunan hukum modern memiliki struktur sosial yang sahih pada ‘tatanan masyarakat normatif modern”. Kesahihan ini mengedepankan manakala para penstudi hukum mempersoalkan asal usul lahirnya norma hukum. Norma hukum tidaklah bebas dari pengaruh nilai “etik”, “moral”, “agama” dan “nilai-nilai” sosekbud lainnya melainkan pada batas-batas tertentu memang terikat pada nilai-nilai tersebut yang hidup dalam masyarakat. Sehingga dalam mempelajari filsafat hukum, fokus perhatian para penstudi hukum akan menjelajahi arena pemikiran hukum yang luas, pada masa lalu, kini dan kedepan secara holistik, determenistik maupun fungsional.
Dengan demikian dalam perspektif yang utuh dan menyeluruh, ilmu hukum melakukan pembahasan terhadap hukum dari berbagai pendekatan: filsafati, Sosiologis, Historis, Teknis, Teoretis, dan Perbandingan.
Kajian filsafati terhadap hukum menjadi garapan Filsafat hukum, untuk menghasilkan pengetahuan yang mendalam tentang hakekat hukum. Kajian empiris terhadap hukum menjadi garapan sosiologi Hukum, Sociological Jurisprudence, Antropologi Hukum, Psikoogi Hukum dan Politik Hukum, untuk menghasilkan pengetahauan yang berkorespondensi dengan tata kehidupan masyarakat (fenomena sosial) dan kenegaraan. Kajian historis terhadap hukum masuk bidang garapan Sejarah Hukum untuk menghasilkan pengetahuan tentang perkembangan hukum dari masa ke masa. Kajian teknis terhadap hukum dilakukan oleh ilmu perundang-undangan, untuk menghasilkan pengetahuan tentang pembentukan, pelaksanaan dan penerapan peraturan perundang-undangan. Kajian teoretis terhadap hukum menjadi obyek garapan Teori Hukum untuk menghasilkan pengetahuan konseptual tentang hukum sehingga fenomena-fenomena hukum dapat dipahami, diorganisasi, dijelaskan, direkayasa, dan diprediksi sebaik-baiknya. Kajian perbandingan masuk ke wilayah ilmu perbandingan hukum untuk menghasilkan pengetahuan tentang persamaan dan perbedaan antara sistem hukum yang satu dengan sistem hukum lainnya.[12]
[1] Zumri Bestado Sjamsuar, 2009. Paradigma Manusia Surya, Membongkar Mitos Parokhialitas Sumber Daya Manusia. Halaman 12.
[2] Marcus Lukman , 2009. Hukum Tata Pemerintahan Daerah , PIMH Press, halaman 36
[3] Marcus Lukman, Ibid . halaman 37
[5] Lili Rasjidi & I.B.Wyasa Putra, Hukum Sebagai Sistem, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 1993, halaman 68-69.
[6] Sofian Effendi, Paradigma Pembangunan dan Aministrasi Pembangunan, dalam LAN RI, Laporan Temu Kaji dan Peran Ilmu Administrasi Dan Manajemen Dalam Pembangunan, 1988, halaman 188.
[7] George Ritzer, Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadugma Ganda, 1980, halaman 5-7.
[8] George Rizter, ibid halaman 7.
[9] Ibid, halaman 9
[10] Menurut Guru Besar Herman Soewandi, dalil berisi :”opini tentang apa saja yang menyangkut keilmuan dirumuskan dalam bentuk proposisi, yang menunjukan kepedulian promovendus untuk mengetahui segala macam ciptaan Tuhan, dan berfungsi sebagai jembatan interaksi tatap muka antara promovendus dengan guru besar dari berbagai disiplin keilmuan ketika ujian disertasi, mungkin salah atau benar, tetapi dapat menarik perhatian khalayak ramai, bahwa di dunia ini ada suatu nilai heuristic untuk diungkapkan lenih jauh” dalam Marcus Lukman, op cit halaman 33.
[11] Satjiptpo Rahardjo, Ilmu Hukum, P T, Citra Aditya Bakti, Bandung, Cetakan ke V, 2000, halaman 3-4.
[12]Satjipto Rahardjo, ibid, halaman 6-12.
Oleh: Ustadz Achmad Rofi’i, Lc.M.Mpd
بسم الله الرحمن الرحيم
السلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Muslimin dan muslimat yang dirahmati Allooh سبحانه وتعالى,
Dalam bahasan yang lalu telah dijelaskan sebagian diantara begitu banyak simbol-simbol yang digunakan oleh Freemasonry Yahudi, yang bahkan diantara simbol tersebut tidak jarang pula dipakai oleh kaum Muslimin, seperti simbol Bintang segi delapan. Karena seringnya simbol ini digunakan sebagai dekoratif masjid atau sesuatu yang berkaitan dengan Islam, sehingga terbentuklah opini bahwa Bintang segi delapan adalah merupakan ikon bagi Islam. Padahal anggapan tersebut adalah keliru karena apabila ditelusuri lebih lanjut, simbol bintang segi delapan (the 8 pointed star atau dikenal sebagai the Star of Chaos) bukanlah bagian daripada Islam, dan tidak semestinya digunakan oleh kaum Muslimin karena ia adalah berasal dari kepercayaan paganisme. (Baca kembali ceramah berjudul “Keberadaan Freemasonry di Indonesia” pada Blog ini atau klik:http://ustadzrofii.wordpress.com/2012/10/27/keberadaan-freemasonry-di-indonesia/#more-4361)
Tampak pada foto-foto berikut ini, penggunaan Bintang segi delapan yang telah salah kaprah digunakan sebagai dekoratif masjid di berbagai belahan dunia:
Pictured is a gilded 8-point star in the center of the dome of Mosque Maryam in Chicago, IL. Calligraphy inscribed around the dome bears the 35th verse from the 24th Surah “An Nuur” and the Name of Allooh on each pillar. Photo: Kenneth Muhammad (Dalam foto terlihatbintang segi delapan berwarna keemasan di tengah kubah Masjid Maryam di Chicago, Illinois, USA. Kaligrafi yang tertulis disekitar kubah berisi ayat ke-35 dari Surat ke 24 yakni Surat An Nuur dan nama Allooh ditulis pada masing-masing pilar. Foto: Kenneth Muhammad)
The 8-point star windows in a mosque in Abu Dhabi (Bintang segi delapan pada jendela-jendela masjid di Abu Dhabi)
The eight point star of a stained glass window in King Abdul Aziz mosque in Marbella, Spain(Bintang segi delapan pada jendela kaca di masjid King Abdul Aziz di Marbella, Spanyol)
Simbol Bintang segi delapan (the 8 pointed star) sendiri sebenarnya justru berkaitan dengan the Star of Ishtar yang berasal dari paganisme Babylonia dan Assyria. Ishtar, menurut kepercayaan mereka adalah dewi perang Babylonia. Dia dikenal pula sebagai dewi nafsu/ birahi – perang dan prostitusi, serta dikenal pula sebagai dewi Venus.
The symbols of Shamash (the sun), Sin (the moon) and Ishtar (star). Ishtar, the Babylonian-Assyrian warrior goddess. She is known as the Babylonian goddess of passion-war- prostitution, the Babylonian version of Inanna, and later identified with goddess Venus.
References to Venus as early as 3000 BC are known from evidence at Uruk, an important early Sumerian city in southern Iraq. Inanna is Venus, known later as Ishtar, and the Uruk tablets specify her celestial identity with the symbol for “star”: an eight-pointed star (Referensipaling tua dari Venus adalah berasal dari tahun 3000 SM yang dikenal dari sebuah bukti di Uruk, yakni kota penting paling awal dari kaum Sumeria di Irak selatan. Inanna adalah Venus, yang kemudian dikenal sebagai Ishtar, dan lempengan Uruk ini menunjukkan bahwa Ishtar / Venus dilambangkan dengansimbol “Bintang”: sebuah bintang bersudut delapan).
(sumber: http://doormann.tripod.com/asssky.htm)
Nah, disamping kesalahkaprahan tentang penggunaan simbol Bintang segi delapan, maka berikut ini akan kita bahas juga suatu simbol yang karena banyaknya / seringnya digunakan oleh kaum Muslimin di berbagai belahan dunia, sehingga seringkali dikonotasikan bahwa ia adalah lambang Islam, padahaL sesungguhnya ia BUKAN lah bagian daripada Islam. Simbol tersebut adalah simbol “Bulan Sabit & Bintang”.
Bulan Sabit & Bintang sesungguhnya BUKAN bagian daripada Islam dan TIDAK SEMESTINYA dianggap sebagai lambang Islam. Karena baik Bintang segi delapanataupun “Bulan Sabit & Bintang” keduanya adalah berasal dari kepercayaan paganisme, yang jelas-jelas bertentangan dengan ‘aqiidah Islamiyyah. Sangat disayangkan kesalahkaprahan ini telah tersebar keseluruh dunia, sehingga tidak heran apabila dalam anggapan orang-orang kaafir(sebagaimana terungkap dalam berbagai situs Barat diantaranya adalah situs berikut ini yang berjudul “Who is Muslim God Allah? Is he Yahweh?” oleh B. Walker pada:http://www.knowbiblefactsfromfiction.com/who-is-the-muslim-god-allah-part-1.html), mereka mempunyai persepsi yang keliru bahwa kaum Muslimin menyembah berhala; oleh karena kesamaan ikon Bulan Sabit & Bintang yang banyak digunakan kaum Muslimin dengan simbol serupa pada paganisme. Padahal Islam berlepas diri dari simbol tersebut. Tidak pernah terdapat riwayat yang shohiih bahwa Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم dan Salafus Shoolih menggunakan simbol-simbol itu.
Perhatikan betapa kesalahkaprahan ini bahkan diterapkan hingga ke bendera-bendera berbagai negara berikut yang mayoritas penduduknya mengaku beragama Islam:
(sumber: http://www.akhirzaman.info/counter-culture/simbol/1974-bulan-sabit-dan-bintang-lambang-islam.html)
Lihat pula betapa simbol itu juga dipasang pada puncak kubah-kubah masjid di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia:
Golden crescent moons and stars on some of the smaller domes in the Nizamiye Turkish Mosque in Midrand, South Africa (Bentuk Bulan sabit dan bintang berwarna keemasan pada beberapa kubah yang lebih kecil di masjid Turki Nizamiye di Midrand, Afrika Selatan)
Surrounded by the sun, the crescent moon and star (an internationally-recognized symbol of the faith of Islam) in the Abdul Gaffoor Mosque in Singapore (Dikelilingi oleh bentuk matahari, tampak simbol Bulan sabit dan bintang – yang secara internasional dikenal sebagai simbol agama Islam – di masjid Abdul Gaffoor di Singapura)
The crescent moon and star in Sultan Ahmad Shah Mosque in Malaysia (Bentuk Bulan sabit dan bintang di masjid Sultan Ahmad Shah di Malaysia)
Simbol bulan sabit & bintang di kubah masjid Istiqlal, Jakarta
Dan muncul pula dalam logo berbagai partai politik di Indonesia yang menyatakan dirinya berhaluan Islam. Yang paling awal adalah Partai Sarekat Islam Indonesia dan Madjlis Sjura’ Muslim Indonesia (Masjumi) di Pemilu tahun 1955. Menyusul setelahnya adalah berbagai partai lain seperti Partai Bulan Bintang, Partai Ansor, Partai Kebangkitan Bangsa dan Partai Keadilan Sejahtera. Partai-partai tersebut ada yang menggunakan lambang bulan sabit dan bintang, ataupun bulan sabit tanpa bintang. Ada pula partai politik yang menggunakan lambang bintang yang dikombinasikan dengan lambang lain, misalnya Partai Nahdlatul Ummat dan Partai Kebangkitan Ummat. Partai-partai tersebut merupakan tempat bernaung warga Nahdlatul Ulama (NU). Oleh karena itu, yang digunakan pada dasarnya adalah lambang NU juga, yakni jagat lintang songo (bumi dan sembilan bintang).
Yang agak jarang disorot adalah lambang organisasi lokal. Diantaranya adalah bendera GAM (Gerakan Aceh Merdeka). Bendera GAM adalah bendera berwarna dasar merah dengan dua garis hitam / putih horisontal. Diantara kedua garis itu terdapat lambang bulan sabit dan bintang. Di kalangan masyarakat muslim Aceh yang terkenal cukup religius, tentunya pencantuman lambang ini berkesan mendalam. Hal ini berlaku bila lambang bulan sabit dan bintang benar-benar dikaitkan dengan agama Islam. Lambang yang mirip digunakan juga oleh gerakan Darul Islam / Tentara Islam Indonesia.
Sebagaimana pemaparan diatas, terlihat jelas bahwa begitu besar peran simbol Bulan Sabit dan Bintang tersebut di masyarakat Muslim. Tak salah rasanya bila ada orang-orang yang menganggap bahwa Bulan Sabit dan Bintang adalah lambang masyarakat Muslim, bahkan ada yang menganggapnya sebagai lambang agama Islam. Anggapan ini merata luas dikalangan masyarakat Muslim sendiri bahkan dikalangan orang-orang kaafir.
Sekarang mari kita telusuri asal-usul mengapa dan bagaimana sampai akhirnya simbol Bulan Sabit dan Bintang ini kemudian secara keliru dianggap sebagai lambang Islam.
Berbagai Bukti Sejarah
Bukti-bukti arkeologis menunjukkan bahwa lambang Bulan Sabit dan Bintang telah lama digunakan SEBELUM masa Islam, bahkan sejak beribu-ribu tahun yang lalu, yang berasal dari paganisme Yunani kuno, Assyria dan Babylonia.
Dalam suatu situs, dikatakan sebagai berikut:
“…Was the moon female to the ancient Egyptians or the Sumerians and Babylonians of Mesopotamia (Iraq)? It may surprise you to learn that the answer is no. To these very old cultures, the moon was male, a god. In Sumer this god was Nanna, in Babylon the same god was called Sin. Nanna was the father of the Queen of Heaven, Inanna (later Ishtar), who was identified with the planet Venus, known then as the morning and evening star. In Egypt, the celestial representation of the Moon God was Thoth, God of Wisdom and Magic, who was credited with the invention of writing. Thoth was depicted with the head of an ibis. In later times, Egypt’s Queen of Heaven, Isis, would be one of several goddesses whose original solar connections would be replaced by lunar ones….”
Artinya:
“…. Benarkah bulan itu (asal-usulnya) digambarkan sebagai bentuk perempuan (dewi) dalam kepercayaan Yunani kuno atau Sumeria dan Babilonia dari Mesopotamia (Irak)? Ternyata hal yang mengejutkan untuk kita pelajari bahwa jawabannya itu adalah tidak. Dalam versi kebudayaan yang sangat tua ini, ternyata bulan itu digambarkan dalam bentuk laki-laki(dewa). Dalam kebudayaan Sumeria dewa ini disebut sebagai Nanna, di Babyloniadewa yang sama ini disebut sebagai Sin. Nanna adalah ayah dari “Ratu Surga” (the Queen of Heaven), yang dikenal sebagai Inanna (dan kemudian disebut sebagai Ishtar), yang diidentifikasikan dengan planet Venus, yang dikenal kemudian sebagai bintang pagi dan sore. Dalam kebudayaan Mesir, representasi langit dari Dewa Bulan adalah Thoth, Dewa Kebijakan dan Sihir, yang seringkali dikaitkan denganpenemuan tulisan. Thoth digambarkan sebagai dewa berkepala burung Ibis. Di kemudian hari, “Ratu Surga” (the Queen of Heaven) dalam kebudayaan Mesir, dikenal sebagai Isis, yang akan menjadi salah satu dari beberapa dewi dimana lambang matahari akan digantikan dengan bulan….”
Stele of Ur-Nammu (ca. 2200 BC), crescent moon, moon god’s symbol (– Prasasti dari Ur-Nammu, tahun 2200 Sebelum Masehi, bulan sabit digunakan sebagai lambang dewa bulan –)
Kemudian dalam situs lain didapat pula bukti prasasti sejarah berikut ini:
Babylonian boundary stone c.1100 BC– The symbols in the upper register of this land-boundary stone represent the gods Ishtar or Venus (the star), the moon god Sin (crescent) and the sun god Shamash. Other symbolism is in the same genre, gods and heavenly powers, some very similar to zodiacal signs. The writing is cuneiform, with a curse on anyone who questions the land ownership or damages the stone (British Museum)
(Artinya: Prasasti batu perbatasan Babilonia, tahun 1100 SM -- Simbol yang terlihat dibagian atas dari batu perbatasan ini adalah melambangkan dewa Ishtar atau Venus (bintang), dewa bulan Sin (bulan sabit) dan dewa matahari Shamash. Simbolisme lainnya adalah dalam genre yang sama, yakni dewa dan kekuatan surgawi, dimana beberapa adalah sangat mirip dengan tanda-tanda zodiak. Tulisan Cuneiform yang tertera pada batu ini adalah merupakan kutukan bagi siapa pun yang mempertanyakankepemilikan tanah atau membawa kerusakan pada batu tanda perbatasan tanah ini – dari:British Museum)
Kerajaan Persia juga telah menggunakan lambang Bulan Sabit dan Bintang. Bahkan, lambang tersebut tercantum pada mata uang yang diterbitkan pada masa Khosrau II, yakni Raja Persia yang memerintah dari tahun 590 – 628 M. Dialah Kisra yang dikisahkan merobek-robek surat Rosuluullooh صلى الله عليه وسلم.
Mata uang emas Persia, bergambar Khosrau II. Perhatikan bulan sabit dan bintang di atas bagian kepala!
Mata uang perak Persia, bergambar Khosrau II. Empat pasang Bulan sabit dan bintang di empat penjuru!
This is another depiction of the crescent and star symbol of this ancient Persian coin. As noted, this CRESCENT and STAR symbol is very common in ancient times (Satu lagi penggambaran simbol bulan sabit dan bintang dari koin Persia kuno. Sebagai catatan, simbol BULAN SABIT dan BINTANG adalah sangat umum di zaman kuno)
(sumber: http://www.akhirzaman.info/counter-culture/simbol/1974-bulan-sabit-dan-bintang-lambang-islam.html, http://en.wikipedia.org/wiki/Khosrau_II,http://www.pinoyexchange.com/forums/showthread.php?t=523606)
Lambang bulan sabit juga telah digunakan oleh masyarakat Yunani yang mendirikan kota “βυζαντιον” (orang Romawi menyebutnya Byzantivm) sejak ± 670 SM. Mereka menggunakan lambang tersebut dalam kaitannya dengan penyembahan kepada “αρτεμισ” (Artemis, dewi bulan dan perburuan).
Lambang Byzantion (kemudian: Constantinopolis) adalah Bulan Sabit Artemis / Diana
Kota Byzantium jatuh ke tangan Romawi pada abad ke-2 SM. Tidak ada perubahan berarti di sana karena bangsa Romawi sangat mengagumi kebudayaan Yunani. Justru setelah Yunani dikuasai oleh Romawi, maka bangsa Romawi bahkan makin terpengaruh oleh kebudayaan Yunani. Kepercayaan Yunani kuno pun diserap oleh bangsa Romawi, kemudian mereka pertahankan, diantaranya adalah penyembahan kepada Artemis. Di dalam istilah Romawi, dewi Artemisdikenal dengan nama Diana.
“αρτεμισ” (dewi Artemis / Diana). Hiasan pada bagian kepalanya melambangkan Bulan sabit.
Mata uang perak Romawi, bergambar Ivlivs Caesar dengan Bulan sabit di belakang kepala
Currency of Rome (dated 217-215 BC), on the crescent moon is the sun and two eight-pointed stars (Mata uang Romawi, dari sekitar tahun 217-215 SM, dimana diatas simbol bulan sabit terdapat matahari dan 2 buah bintang segi delapan)
(foto koin: http://whotalking.com/flickr/Roberto+Russo)
Currency of Septimius Severus (Roman Emperor), 194 AD, a silver ancient Roman coin, Crescent Moon with Seven stars (Mata Uang Kaisar Romawi – Septimius Severus, tahun 194 M, sebuah koin perak kuno Romawi dengan simbol Bulan sabit dan tujuh bintang)
(foto koin: http://www.ebay.com/itm/Septimius-Severus-194AD-Rare-Silver-Ancient-Roman-Coin-Moon-Seven-stars-/320987884847)
Ketika Kaisar Constantinvs I berkuasa (tahun 306-337 M), dia membuat perubahan-perubahan besar pada tahun 330 M, diantaranya adalah:
1. Dia memindahkan ibukota Romawi dari Roma ke kota Byzantium. Dia pun mengganti nama kota itu menjadi Nova Roma, artinya ‘Roma Baru’. Dalam percakapan sehari-hari, orang pada zaman itu menyebut kota tersebut sebagai “Constantinopolis”, artinya: ‘Kota Constantinus’. Orang sekarang biasa menyebutnya sebagai Istanbul (berdasarkan keputusan pemerintah sekuler Republik Turki sejak tahun 1928 M).
2. Dia menyatakan Nashroni sebagai agama negara. Sebelumnya beberapa kaisar Romawi telah memberikan kebebasan beragama kepada orang Nashroni, tetapi tidak sebagai agama negara. Bahkan pada masa sebelumnya lagi, para kaisar Romawi berlomba-lomba membantai penganut Nashroni.
Keputusan-keputusan diatas selanjutnya mempengaruhi karakter kota Constantinopolis atauKonstantinopel. Kota Konstantinopel yang sebelumnya adalah kota penyembah dewi Artemis / Diana dari paganisme Yunani kuno berubah menjadi kota Nashroni. Lambang kota yang semula berbentuk Bulan sabit ditambahi lambang Bintang yang dalam kepercayaan mereka adalah perlambang dari “Bunda Maria” (– ibu Nabi Isa عليه السلام –, yang mereka sebut sebagai: “Yesus Kristus”) (salah satu gelar yang diberikan kepada “Bunda Maria” adalah stella maris / “bintang lautan”).
An old painting “Mary on the moon” from Bartolome Esteban Murillo [1617-1682 AD], Spain(Sebuah lukisan kuno dari pelukis Bartolome Esteban Murillo yang hidup di tahun 1617-1682 M di Spanyol, dimana “Bunda Maria” digambarkan berdiri diatas bulan sabit)
An old painting from Albrecht Durer, dated 1511 AD, “Virgin Mary with Stars atop a Crescent Moon” (Sebuah lukisan tua dari pelukis Jerman Albrecht Durer, pada tahun 1511 M, yang menggambarkan “Perawan Maria dengan bintang-bintang diatas bulan sabit)
Sejak saat itu lah, lambang Bulan Sabit dan Bintang menjadi lambang kotaKonstantinopel, ibukota Romawi.
The banner of Constantinople which is later adopted by the Ottomans. It displays the star with the traditional eight rays.
Jadi lambang kota Konstantinopel yakni Bulan Sabit (dewi Artemis) dan Bintang (“Bunda Maria”), dimana bintang ini semula digambarkan sebagai Bintang segi delapan (dan kemudian berubah menjadi bintang segi lima baru pada sekitar tahun 1844 M). Lambang ini kemudian diadopsi oleh Turki Utsmani.
(sumber: http://www.akhirzaman.info/counter-culture/simbol/1974-bulan-sabit-dan-bintang-lambang-islam.html,http://www.truthbeknown.com/mary.html#.ULVgwe89WuI,http://littleguyintheeye.wordpress.com/tag/virgin-mary/,http://www.historum.com/middle-eastern-african-history/17548-crescent-moon-what-5.html)
Sejak abad ke-15, masyarakat Turki Utsmani (ada masyarakat Turki dari suku lain, misalnya Kazakh, Uzbek, Turkmen) telah menguasai banyak wilayah Romawi. Pada tahun 1453 M, pasukanTurki Utsmani (orang Barat menyebutnya sebagai: Ottoman) memasuki Konstantinopel, sekaligus mengakhiri pemerintahan Romawi yang telah berusia ± 2000 tahun (jika dihitung sejak pendirian kota Roma).
Wilayah Turki Utsmani pada berbagai masa [creator: Atilim Gunes Baydin]
Dipimpin oleh Sultan Muhammad II (محمّد), pasukan Turki yang mayoritas beragama Islam mengganti lagi karakter kota Konstantinopel menjadi kota yang bergaya Asia dan bercorak ke-Islaman. Nama kota dipertahankan, tetapi disesuaikan dengan lidah Arab (sebagaimana yang diucapkan oleh Muhammad Rosuluullooh صلى الله عليه وسلم), yaitu:قسطنطينيّة (Qusţanţīniyyah), ‘Kota Konstantin’.
Muhammad II, Sultan Turki Utsmani
Crescent moon and star was also symbol of Constantinia, where was captured by Mehmed II, and made the central city of the empire (Bulan sabit dan bintang semula merupakan simbol dari Konstantinopel, yang kemudian ditaklukkan oleh Sultan Muhammad II, dan kemudian menjadikannya sebagai ibukota kesultanan Turki Utsmani)
Pemerintah Turki Utsmani mengubah banyak hal, juga mempertahankan banyak hal.
- Konstantinopel / Qusţanţīniyyah menjadi ibukota Kesultanan Turki Utsmani, dan di kemudian hari menjadi ibukota Khilafah Utsmani (terjadi saat Sultan Salīm I (سليم) mengambil alih kekuasaan khilafah dari Khalifah Abbasiyah terakhir, Al-Mutawakkil-billāh III (المتوكّل بالله), di Qahirah / Kairo)
- Gereja “αγια σοφια” (Hagia Sofia), gereja pusat penyebaran agama Kristen Orthodox, diubah menjadi masjid; patung-patung Nashroni disingkirkan, gambar-gambar ditutup.
- Arsitektur khas Romawi Timur, diwakili oleh Gereja Hagia Sofia, menjadi model untuk pembangunan masjid-masjid di seluruh wilayah Utsmani (kubah adalah ciri khas yang paling terlihat)
- Lambang Konstantinopel, Bulan Sabit dan Bintang, menjadi lambang berbagai kesatuan di laskar Utsmani; di kemudian hari lambang tersebut bahkan menjadi lambang Khilafah Utsmaniyyah.
Kubah adalah gaya khas bangunan penting dan kuil-kuil Romawi (Barat dan Timur). Gaya arsitektur Romawi Timur mempengaruhi tempat-tempat ibadah di negeri-negeri beragama Kristen Orthodox, misalnya Rusia, Bulgaria, Romania.
Bentuk Asli Gereja Hagia Sofia di Konstantinopel
Gereja Santo Vasily di Moskwa
Katedral Santo Aleksander Nevskiy di Sofia, Bulgaria
Dengan beralihnya kekuasaan khilafah dari keluarga Abbas (Abbasiyah, Arab) ke tangan keluarga Utsmani (Turki), negeri-negeri Islam mulai memandang dinasti Utsmani dan Konstantinopel sebagai pengayom dan model kehidupan. Hal ini sempat terjadi di Timur Tengah.Di masa inilah masjid-masjid dipasangi kubah dan menara (menyerupai Masjid Aya Sofia, bekas Gereja Hagia Sofia), bulan sabit dan bintang pun meraih popularitas di masyarakat muslim.
Bendera Khilafah Utsmani pada periode 1844-1922
Bekas Masjid Aya Sofia, sekarang Museum Aya Sofia di kota Istanbul, yang dahulunya adalah Constantinopolis / Qusţanţīniyyah.
Masjid Selimiye (Sultan Salim) di kota Edirne, yang dahulunya adalah: Adrianopolis
Masjid Biru atau Masjid Sultan Ahmad di kota Istanbul, yang dahulunya adalah Constantinopolis / Qusţanţīniyyah
Bendera Republik Turki sejak tahun 1936 adalah menyerupai bendera Khilafah Utsmani
(sumber: http://www.akhirzaman.info/counter-culture/simbol/1974-bulan-sabit-dan-bintang-lambang-islam.html)
Demikianlah, penggunaan lambang Bulan Sabit dan Bintang serta bentuk kubah pun sejak itu menyebar ke seluruh dunia, termasuk mempengaruhi pula masyarakat Muslim di Indonesia. Padahal simbol Bulan Sabit dan Bintang seyogyanya tidak layak disandingkan dengan Islam, karena ia berasal dari paganisme dan Nashroni.
Dalil Al Qur’an & As Sunnah
Perlu kiranya disadari dan diketahui oleh kaum Muslimin bahwa penyematan simbol-simbolpaganisme itu bukanlah perkara remeh, karena ia dapat berdampak pada kecacatan ataupun pada ketidak-sempurnaan iman seseorang, dimana yang berkaitan dengan hal tersebut adalah sebagai berikut:
1) Allooh سبحانه وتعالى memberitakan didalam Al Qur’an bahwa Nabi Ibrohim عليه السلامdibimbing oleh-Nya untuk terbebas dari meyakini suatu keyakinan sesat / keliru, berupa penyembahan terhadap bulan, bintang dan matahari.
Apabila dalam situs-situs Barat, orang-orang kaafir menuduh bahwa Muslimin itu menyembah berhala sebagaimana mereka (lihat situs Barat berikut: “Is Islam based on pagan roots?”pada http://www.pinoyexchange.com/forums/showthread.php?t=523606), maka sangatlah mudah membantah anggapan mereka yang keliru itu.
Perhatikanlah firman Allooh سبحانه وتعالى dalam QS. Al An’aam (6) ayat 75-79:
Ayat 75:
وَكَذَٰلِكَ نُرِي إِبْرَاهِيمَ مَلَكُوتَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلِيَكُونَ مِنَ الْمُوقِنِينَ
Artinya:
“Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrohim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi dan (Kami memperlihatkannya) agar dia termasuk orang yang yakin.”
Ayat 76:
فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَىٰ كَوْكَبًا ۖ قَالَ هَٰذَا رَبِّي ۖ فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَا أُحِبُّ الْآفِلِينَ
Artinya:
“Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: “Inilah Robb-ku”, tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: “Saya tidak suka kepada yang tenggelam“.”
Ayat 77:
فَلَمَّا رَأَى الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هَٰذَا رَبِّي ۖ فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَئِنْ لَمْ يَهْدِنِي رَبِّي لَأَكُونَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّالِّينَ
Artinya:
“Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: “Inilah Robb-ku”. Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: “Sesungguhnya jika Robb-ku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat”.”
Ayat 78:
فَلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَٰذَا رَبِّي هَٰذَا أَكْبَرُ ۖ فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ
Artinya:
“Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: “Inilah Robb-ku, ini yang lebih besar”. Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan.”
Ayat 79:
إِنِّي وَجَّهْتُ وَجْهِيَ لِلَّذِي فَطَرَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ حَنِيفًا ۖ وَمَا أَنَا مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Artinya:
“Sesungguhnya aku menghadapkan diriku kepada Robb yang menciptakan langit dan bumi, dengan cenderung kepada dien yang benar, dan aku bukanlah termasuk orang-orang musyrikin (orang-orang yang mempersekutukan Allooh).”
Dari ayat-ayat diatas, dapatlah diambil pelajaran bahwa Allooh سبحانه وتعالى lah Pencipta langit dan bumi, dan bahwasanya bintang, bulan dan matahari hanyalah makhluk ciptaan Allooh سبحانه وتعالى yang disebarkan-Nya di langit dan bumi sebagai tanda-tanda keagungan-Nya. Allooh سبحانه وتعالى membimbing Nabi Ibrohim عليه السلام untuk mengetahui tentang kebesaran-Nya itu agar Nabi Ibrohim عليه السلام menjadi orang yang beriman pada-Nya. Oleh karena itu di akhir ayat, Nabi Ibrohim عليه السلام menyatakan bahwa beliau عليه السلام bukanlah termasuk orang-orang musyrikin yang menyembah berhala seperti menyembah pada bintang, bulan dan matahari.
Sangat jelas sekali ayat ini. Oleh karena itu, secara tegas kaum Muslimin semestinya menyatakan bahwa simbol Bulan Sabit & Bintang BUKAN simbol Islam ! Karena kaum Muslimin tidak menyembah bulan, tidak menyembah bintang, tidak pula menyembah matahari sebagaimana kaum paganisme melakukannya. Dan tidak semestinya pula kaum Muslimin menggunakan simbol-simbol bulan sabit, ataupun bintang (baik yang berupa bintang segi lima ataupun bintang segi delapan) dengan anggapan bahwa itu adalah lambang ke-Islaman.
Lalu perhatikan definisi “Muslim” yang Allooh سبحانه وتعالى beritakan dalam QS. Al Hajj (22) ayat 78 berikut ini, dimana Allooh سبحانه وتعالى menyuruh kaum Muslimin untuk mengikuti keimanan Nabi Ibrohim عليه السلام tersebut:
وَجَاهِدُوا فِي اللَّهِ حَقَّ جِهَادِهِ هُوَ اجْتَبَاكُمْ وَمَا جَعَلَ عَلَيْكُمْ فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ مِّلَّةَ أَبِيكُمْ إِبْرَاهِيمَ هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمينَ مِن قَبْلُ وَفِي هَذَا لِيَكُونَ الرَّسُولُ شَهِيداً عَلَيْكُمْ وَتَكُونُوا شُهَدَاء عَلَى النَّاسِ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ وَاعْتَصِمُوا بِاللَّهِ هُوَ مَوْلَاكُمْ فَنِعْمَ الْمَوْلَى وَنِعْمَ النَّصِيرُ
Artinya:
“Dan berjihadlah kamu pada jalan Allooh dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam dien (ini) suatu kesempitan. (Ikutilah) dien orang tuamu Ibrohim. Dia (Allooh) telah menamai kamu sekalian orang-orang Muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Qur’an) ini, supaya Rosuul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, maka dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allooh. Dia adalah Pelindungmu, maka Dialah sebaik-baik Pelindung dan sebaik-baik Penolong.”
2) Kaum Muslimin hendaknya bangga mempersaksikan pada dunia bahwa dia itu adalah Muslim.
Sudah barang tentu kaum Muslimin itu seharusnya cukup berpedoman pada seluruh apa yang dituntunkan oleh Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم, tanpa mencampur-adukkannya dengan keyakinan-keyakinan lain seperti yang apa-apa yang diyakini olehpaganisme / Yahudi / Nashroni dan sejenisnya.
Justru kaum Muslimin itu harus berani, bangga, tidak berkecil hati untuk menampakkan bahwa dirinya adalah Muslim, karena Allooh سبحانه وتعالى berfirman dalam QS. Aali ‘Imron (3) ayat 64:
قُلْ يَا أَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْاْ إِلَى كَلَمَةٍ سَوَاء بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلاَّ نَعْبُدَ إِلاَّ اللَّهَ وَلاَ نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلاَ يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضاً أَرْبَابًا مِّن دُونِ اللَّهِ فَإِن تَوَلَّوْاْ فَقُولُواْ اشْهَدُواْ بِأَنَّا مُسْلِمُونَ
Artinya:
“Katakanlah: “Hai Ahli Kitab, marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah (ibadahi) kecuali Allooh dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai tuhan (yang diibadahi) selain Allooh“. Jika mereka berpaling maka katakanlah kepada mereka: “Saksikanlah, bahwa kami adalah Muslim (orang-orang yang berserah diri kepada Allooh)”.”
Perkataan “Saksikanlah” pada akhir ayat menunjukkan bahwa kaum Muslimin itu seharusnya bangga menampakkan bahwa dirinya itu adalah Muslim; dan bukannya malah minder, tidak percaya diri atau malah mengekor pada budaya-budaya orang-orang kaafir sebagaimana yang dilakukan sebagian kalangan kaum Muslimin di zaman ini.
3) Meniru dan menyerupai (tasyabbuh) pada orang-orang musyrikin / kaafir itu adalah TERLARANG.
Mungkin sebagian diantara kaum Muslimin menganggap remeh dan sepele tentang hal ini, karena ia semata-mata meninjaunya hanya dari sisi budaya, seni dan kreasi. Tetapi bagi seseorang yang memiliki pendirian ‘aqiidah yang tegas, maka ia tidak akan mau meniru ataupun menggunakan simbol-simbol seperti Bulan Sabit & Bintang.
Karena fakta dan bukti menunjukkan bahwa lambang-lambang seperti lambang-lambang ini adalah bertitik tolak dari ‘aqiidah dan keyakinan BERHALA. Yang notabene adalah Kufur dan Syirik.
Padahal jangankan Kufur dan Syirik; ma’shiyat berupa kefaasiqan dan kebid’ahan saja kita sebagai kaum Muslimin ini dilarang keras untuk menyerupai dan atau menirunya.
Perhatikanlah peringatan Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم dalam hadits berikut ini:
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
Artinya:
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka dia bagian dari kaum itu.”
(Hadits Riwayat Imaam Abu Daawud no: 4033, dan Syaikh Nashirudiin Al Albaany mengatakan Hadits ini Hasanun Shohiih, dari Shohabat ‘Abdullooh bin ‘Umar رضي الله عنه)
Renungkan betapa dalamnya makna peringatan Rosuulullooh صلى الله عليه وسلم dalam Hadits diatas. Akibat penggunaan simbol Bulan Sabit dan Bintang oleh banyak diantara kaum Muslimin di berbagai belahan dunia, maka hal ini menyebabkan timbulnya salah persepsi diantara orang-orang kaafir sehingga mereka menganggap bahwa kaum Muslimin itu adalah menyembah Berhala sebagaimana mereka. Bukankah hal ini dimulai dari sikap menganggap remeh terhadap perkaratasyabbuh ?
4) TIDAK ADA dalil ataupun atsar yang menjelaskan bahwa Rosuluullooh صلى الله عليه وسلم pernah memerintahkan ummat Islam untuk menggunakan lambang Bulan sabit dan Bintang, ataupun memberi contoh penggunaannya.
Tanpa adanya contoh dari Muhammad Rosuluullooh صلى الله عليه وسلمdan shohabat-shohabatnya, tidaklah layak bagi ummat Islam mencanangkan simbol Bulan sabit dan bintang sebagai lambang Islam.
5) Hendaknya kaum Muslimin istiqomah
Kaum Muslimin harus tetap berpegang teguh pada firman Allooh سبحانه وتعالى dalam QS. Al An ‘aam (6) ayat 19 berikut ini:
قُلْ أَيُّ شَيْءٍ أَكْبَرُ شَهَادَةً ۖ قُلِ اللَّهُ ۖ شَهِيدٌ بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ ۚ وَأُوحِيَ إِلَيَّ هَٰذَا الْقُرْآنُ لِأُنْذِرَكُمْ بِهِ وَمَنْ بَلَغَ ۚ أَئِنَّكُمْ لَتَشْهَدُونَ أَنَّ مَعَ اللَّهِ آلِهَةً أُخْرَىٰ ۚ قُلْ لَا أَشْهَدُ ۚ قُلْ إِنَّمَا هُوَ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ وَإِنَّنِي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ
Artinya:
“Katakanlah: “Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?” Katakanlah: “Allooh”. Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. Dan Al Quran ini diwahyukan kepadaku supaya dengan dia aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai Al-Quran (kepadanya).Apakah sesungguhnya kamu mengakui bahwa ada tuhan-tuhan lain disamping Allooh?” Katakanlah: “Aku tidak mengakui“. Katakanlah: “Sesungguhnya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan Allooh)“.
Juga dalam QS. Al Kaafirun (109) ayat 1-6 :
قُلْ يَا أَيُّهَا الْكَافِرُونَ ﴿١﴾ لَا أَعْبُدُ مَا تَعْبُدُونَ ﴿٢﴾ وَلَا أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ ﴿٣﴾ وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَّا عَبَدتُّمْ ﴿٤﴾ وَلَا أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ ﴿٥﴾ لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ ﴿٦﴾
Artinya:
(1) Katakanlah: “Hai orang-orang yang kaafir,
(2) aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
(3) Dan kamu bukan penyembah (Allooh) yang aku sembah.
(4) Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah.
(5) Dan kamu tidak pernah (pula) menjadi penyembah (Allooh) yang aku sembah.
(6) Untukmulah agamamu, dan untukkulah, agamaku”.
Demikian bahasan kali ini, semoga bermanfaat.
سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوبُ إِلَيْكَ
والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Jakarta, Rabu, 1 Muharrom 1434 H – 14 November 2012 M
—– 0O0 —–
Silakan download PDF : Bulan Sabit & Bintang Bukan Lambang Islam FNL