22 Agustus.

1:01 AM

Teringat ketika perjalanan kembali dari Lampung menuju Yogyakarta, awalnya sih agak risih melihat pengamen perempuan yang masuk ke dalam bus yang saya tumpangi karena saya menganggap mengganggu kenyamanan saya yang dalam kondisi lelah setelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh, bayangkan sudah lebih dari 20 jam saya berada di dalam kendaraan. Awalnya bus yang saya tumpangi berhenti di terminal Purworejo, lalu masuklah seorang pengamen perempuan yang berusia sekitar 20 tahunan, awalnya saya agak meremehkan karena anggapan saya mungkin akan mengamen membawakan lagu tidak jelas atau paling tidak membawakan lagu dangdut koplo murahan yang biasa di nyanyikan oleh kebanyakan rakyat Indonesia. Dengan lantangnya dia membawakan lagu yang asing sekali bagi telinga saya mungkin itu pertama kali saya mendengar lagu, kurang lebih lagunya seperti ini:

"Permisi tuan dan nona saya mengamen dalam wisata anda
Dengan lagu yang gembira
Janganlah anda mengira saya mengamen buat beli narkoba
Itu bukanlah tujuan

Kami bukanlah pemuda yang malas bekerja
Jangan anda salah sangka
Cari uang memang susah
Cari kerja juga payah
Apalagi nggak KULIAH."
.....

Dari lagu di atas perlahan saya mulia melirik pengamen tersebut, bukan karena suaranya yang merdu atau orangnya yang rupawan, namun hati saya bagaikan di iris dengan seribu pisau ketika saya mendengar lirik lagunya, alangkah berdosanya saya ketika telah di berikan amanah untuk melanjutkan studi hingga perguruan tinggi namun masih santai dan bermain-main seperti ini. Di saat saya bergelimangan dengan mudahnya menuntut ilmu di sisi lain banyak anak negeri ini yang tak sanggup mencicipi pendidikan. Di saat saya bersantai duduk manis mengandalkan harta orang tua, disisi lain banyak anak muda yang membanting tulang, tak peduli panas matahari menyengat, tak peduli peluh menetes membasahi seluruh tubuh hanya untuk menyambung hidup. Ingin menangis rasanya. Di tambah lagu kedua yang tak asing lagi yaitu lagu yang berjudul IBU yang di populerkan oleh bang Iwan Fals. Yang membuatku semakin menjadi adalah lagu ketiga, ini dia lagunya:

"Nak berhentilahJangan sekolah bapakmu sudah tak kerjaNak jangan menangisMemang begini keadaannya
Pangkalan jatah ditoko toko dan diparkiranSudah bukan milik bapak lagi
Nak mari berdoaAgar bapak selamat dari penembakanBerita gencarDisetiap lembaran koranTentang dibunuhnya para bromocorah
Maafkan bapakmu anakkuYang tak bisa membesarkanmuJangan kau benci bapakmuEntah bagaimana masa depanmuEntah bagaimana hari depanmu
Oh anakkuJangan kau ikuti jejak bapakmu
Nak mari berdoaAgar bapak selamat dari penembakanBerita gencarDisetiap lembaran koranTentang dibunuhnya para bromocorah
Maafkan bapakmu anakkuYang tak bisa membesarkanmuJangan kau benci bapakmuEntah bagaimana masa depanmuEntah bagaimana hari depanmu
Oh anakkuJangan kau ikuti jejak bapakmu."
Sudahlah, saya lemas dengan apa yang saya dengar, dan hampir saya meneteskan air mata ketika mencoba memaknainya dengan hati. 
Untuk siapapun anda yang menyanyikan lagu itu saya ucapkan Terimakasih Sebanyak Banyaknya, karena sudah menampar kebodohan saya, membangunkan saya dari kata tidak bersyukur.

___________________________*Note: Tanggal 22 Agustus 2012

You Might Also Like

0 comments